Ajak perbankan, masalah modal budidaya ikan teratasi
A
A
A
Sindonews.com - Direktur Jenderal Perikanan Budidaya (Dirjen PB) Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Slamet Soebjakto menuturkan, pihaknya melakukan kerja sama dengan Badan Pertanahan Nasional (BPN). Kerja sama ini penting karena bila bantuan perbankan sudah banyak, maka yang dibutuhkan adalah agunan.
Untuk itu, kata dia, perlu dilakukan sertifikasi lahan budidaya agar dapat di agunkan untuk mendapatkan tambahan permodalan dari perbankan. "Infrastruktur yang baik dan memadai, akan menjadi daya tarik bagi investor lokal maupun asing untuk menanamkan modalnya pada usaha budidaya perikanan," kata dia dala rilis, Jumat (19/4/2013).
Menurutnya, kendala permodalan dapat diatasi dengan mengajak perbankan untuk memberikan modal melalui strategi penerapan pola kemitraan. Para pembudidaya perlu memiliki mitra yang tak hanya punya modal, tapi juga menguasai teknologi dan pasar. Maka perbankan akan lebih yakin dan percaya.
Dengan pola ini, tingkat keberhasilan usaha akan lebih tinggi dan risiko dapat diminimalisir. "Dari pola kemitraan antara pembudidaya dengan mitra dan ditopang pembiayaan dari perbankan, peran kami adalah sebagai fasilitator," ujarnya.
Slamet mengatakan, saat ini persepsi perbankan terhadap perikanan budidaya khususnya budidaya udang banyak berubah. Terbukti hingga saat ini sudah banyak kredit yang digelontorkan perbankan pada sektor ini. Misalnya, pada Maret 2013, telah ditandatangani akta kredit KUR antara BRI dan pembudidaya udang Kabupaten Subang senilai Rp50 miliar.
Nilai tersebut akan terus bertambah seiring dengan semakin meningkatnya kepercayaan perbankan dan efek dari program revitalisasi tambak yang berupa perluasan lahan budidaya udang. Dampak positif dari program revitalisasi tambak melalui tambak demfarm telah mendorong minat untuk membukan lahan tambak di luar tambak demfarm.
"Contohnya, di Subang lahan tambak telah bertambah luas hingga 50 hektare dan di Indramayu seluas 60 hektare. Ini menjadi bukti bahwa program revitalisasi tambak ini telah berhasil menarik minat para pembudidaya untuk kembali berbudidaya udang," jelas dia.
Untuk itu, kata dia, perlu dilakukan sertifikasi lahan budidaya agar dapat di agunkan untuk mendapatkan tambahan permodalan dari perbankan. "Infrastruktur yang baik dan memadai, akan menjadi daya tarik bagi investor lokal maupun asing untuk menanamkan modalnya pada usaha budidaya perikanan," kata dia dala rilis, Jumat (19/4/2013).
Menurutnya, kendala permodalan dapat diatasi dengan mengajak perbankan untuk memberikan modal melalui strategi penerapan pola kemitraan. Para pembudidaya perlu memiliki mitra yang tak hanya punya modal, tapi juga menguasai teknologi dan pasar. Maka perbankan akan lebih yakin dan percaya.
Dengan pola ini, tingkat keberhasilan usaha akan lebih tinggi dan risiko dapat diminimalisir. "Dari pola kemitraan antara pembudidaya dengan mitra dan ditopang pembiayaan dari perbankan, peran kami adalah sebagai fasilitator," ujarnya.
Slamet mengatakan, saat ini persepsi perbankan terhadap perikanan budidaya khususnya budidaya udang banyak berubah. Terbukti hingga saat ini sudah banyak kredit yang digelontorkan perbankan pada sektor ini. Misalnya, pada Maret 2013, telah ditandatangani akta kredit KUR antara BRI dan pembudidaya udang Kabupaten Subang senilai Rp50 miliar.
Nilai tersebut akan terus bertambah seiring dengan semakin meningkatnya kepercayaan perbankan dan efek dari program revitalisasi tambak yang berupa perluasan lahan budidaya udang. Dampak positif dari program revitalisasi tambak melalui tambak demfarm telah mendorong minat untuk membukan lahan tambak di luar tambak demfarm.
"Contohnya, di Subang lahan tambak telah bertambah luas hingga 50 hektare dan di Indramayu seluas 60 hektare. Ini menjadi bukti bahwa program revitalisasi tambak ini telah berhasil menarik minat para pembudidaya untuk kembali berbudidaya udang," jelas dia.
(izz)