Pertamina urai antrean solar di SPBU
A
A
A
Sindonews.com - PT Pertamina (Persero) telah merealisasikan pasokan solar bersubsidi di berbagai daerah rata-rata 30 persen di atas penyaluran harian normal sebagai bentuk komitmen untuk secara maksimal mengurai antrean pembeli solar bersubsidi di stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU).
Direktur Pemasaran dan Niaga PT Pertamina (Persero), Hanung Budya mengatakan, sebagai tindak lanjut dari arahan pemerintah untuk mengatasi antrean pembeli solar bersubsidi di SPBU, terhitung sejak 23 April 2013 Pertamina telah menambah pasokan di berbagai daerah.
Adapun hingga hari ini, rata-rata penyaluran di berbagai daerah telah ditingkatkan sebesar 30 persen dari penyaluran harian normal. "Berdasarkan laporan dari lapangan, antrean pembeli solar bersubsidi di SPBU berangsur-angsur mulai berkurang dan semakin kondusif setelah dilakukan penambahan pasokan," teranganya, di Jakarta, Jumat (26/4/2013).
Menurutnya, pasokan solar bersubsidi untuk Jawa Tengah dan DI Yogyakarta (DIY) naik dari sekitar 5.000 kiloliter (KL) menjadi 7.200 KL per hari, Jawa Timur naik dari 5.000 KL menjadi 6.000 KL per hari, Sumatera Bagian Selatan juga naik dari sekitar 7.000 KL menjadi 9.500 KL per hari, dan Kalimantan naik dari 1.700 KL menjadi 2.100 KL per hari.
Bahkan, di beberapa daerah seperti Tuban dan Banyuwangi pasokan solar bersubsidi ditambah 100 persen di atas penyaluran harian normalnya.
"Untuk kelancaran dan keamanan penyaluran solar bersubsidi tersebut Pertamina bekerja sama dengan pemerintah daerah (Pemda) dan aparat Kepolisian. Seperti di Kalimantan, penyaluran solar bersubsidi relatif menjadi teratur setelah Pemda ikut terlibat dalam pengaturan konsumsi BBM Bersubsidi di daerahnya, di antaranya dengan penerbitan peraturan daerah mengenai batas pembelian solar bersubsidi," ujarnya.
Menurutnya, dalam menyalurkan tambahan pasokan solar bersubsidi, Pertamina tetap memberikan prioritas pemenuhan kebutuhan solar bersubsidi kepada konsumen yang berhak sebagaimana telah diatur dalam Permen ESDM No.1/2013 dan Permen ESDM No.12/2012.
Dia menuturkan, antrean yang terjadi belakangan ini bukan disebabkan oleh masalah stok ataupun distribusi Pertamina melainkan keterbatasan kuota.
Sesuai penugasan pemerintah, kuota Solar bersubsidi yang menjadi tanggung jawab Pertamina tahun ini lebih rendah 8,3 persen dibandingkan dengan realisasi penyaluran tahun lalu, yaitu dari 15,56 juta KL turun menjadi 14,28 juta Ll. Hal ini tentu saja berakibat pada pada turunnya kuota solar bersubsidi di sejumlah daerah.
"Adapun stok Solar di Pertamina saat ini mencapai 28,5 hari sehingga sangat aman dan masyarakat tidak perlu khawatir karena stok Solar sangat cukup untuk memenuhi kebutuhan Solar nasional," pungkasnya.
Direktur Pemasaran dan Niaga PT Pertamina (Persero), Hanung Budya mengatakan, sebagai tindak lanjut dari arahan pemerintah untuk mengatasi antrean pembeli solar bersubsidi di SPBU, terhitung sejak 23 April 2013 Pertamina telah menambah pasokan di berbagai daerah.
Adapun hingga hari ini, rata-rata penyaluran di berbagai daerah telah ditingkatkan sebesar 30 persen dari penyaluran harian normal. "Berdasarkan laporan dari lapangan, antrean pembeli solar bersubsidi di SPBU berangsur-angsur mulai berkurang dan semakin kondusif setelah dilakukan penambahan pasokan," teranganya, di Jakarta, Jumat (26/4/2013).
Menurutnya, pasokan solar bersubsidi untuk Jawa Tengah dan DI Yogyakarta (DIY) naik dari sekitar 5.000 kiloliter (KL) menjadi 7.200 KL per hari, Jawa Timur naik dari 5.000 KL menjadi 6.000 KL per hari, Sumatera Bagian Selatan juga naik dari sekitar 7.000 KL menjadi 9.500 KL per hari, dan Kalimantan naik dari 1.700 KL menjadi 2.100 KL per hari.
Bahkan, di beberapa daerah seperti Tuban dan Banyuwangi pasokan solar bersubsidi ditambah 100 persen di atas penyaluran harian normalnya.
"Untuk kelancaran dan keamanan penyaluran solar bersubsidi tersebut Pertamina bekerja sama dengan pemerintah daerah (Pemda) dan aparat Kepolisian. Seperti di Kalimantan, penyaluran solar bersubsidi relatif menjadi teratur setelah Pemda ikut terlibat dalam pengaturan konsumsi BBM Bersubsidi di daerahnya, di antaranya dengan penerbitan peraturan daerah mengenai batas pembelian solar bersubsidi," ujarnya.
Menurutnya, dalam menyalurkan tambahan pasokan solar bersubsidi, Pertamina tetap memberikan prioritas pemenuhan kebutuhan solar bersubsidi kepada konsumen yang berhak sebagaimana telah diatur dalam Permen ESDM No.1/2013 dan Permen ESDM No.12/2012.
Dia menuturkan, antrean yang terjadi belakangan ini bukan disebabkan oleh masalah stok ataupun distribusi Pertamina melainkan keterbatasan kuota.
Sesuai penugasan pemerintah, kuota Solar bersubsidi yang menjadi tanggung jawab Pertamina tahun ini lebih rendah 8,3 persen dibandingkan dengan realisasi penyaluran tahun lalu, yaitu dari 15,56 juta KL turun menjadi 14,28 juta Ll. Hal ini tentu saja berakibat pada pada turunnya kuota solar bersubsidi di sejumlah daerah.
"Adapun stok Solar di Pertamina saat ini mencapai 28,5 hari sehingga sangat aman dan masyarakat tidak perlu khawatir karena stok Solar sangat cukup untuk memenuhi kebutuhan Solar nasional," pungkasnya.
(izz)