Ini 4 langkah pemerintah jaga fiskal 2014
A
A
A
Sindonews.com - Menteri Keuangan M. Chatib Basri mengatakan, pemerintah akan melakukan upaya untuk menjaga kesinambungan fiskal yang akan diambil pada 2014 mendatang.
"Kebijakan yang diambil pertama adalah penguatan daya tahan dan fleksibilitas APBN agar responsif dan antisipatif dalam menghadapi situasi global yang masih tidak menentu," ujarnya dalam Sidang Paripurna RAPBN 2014 di gedung DPR, Jakarta, Selasa (28/5/2013).
Yang kedua, Chatib menjelaskan, adalah penguatan perekonomian dalam negeri dan menjaga momentum pertumbuhan ekonomi dengan peningkatan produktivitas APBN melalui pemberian stimulus fiskal untuk mendukung mesin perekonomian domestik.
"Ketiga, pemerintah akan mengelola APBN dengan kehati-hatian sehingga defisit hanya mencapai 1,2 sampai 1,7 persen dari PDB saja," lanjutnya.
Sementara yang keempat, adalah pengendalian net negative flow dan primary balance (keseimbangan neraca perdagangan) untuk memperkecil risiko dan menjaga keseimbangan fiskal dari potensi tekanan-tekanan ekonomi.
"Yang dimaksud dengan tekanan itu adalah perlambatan pertumbuhan ekonomi, terdepresinya nilai tukar rupiah, penurunan lifting, tingginya level ICP kita, dan meningkatnya volume konsumsi BBM," tutupnya.
"Kebijakan yang diambil pertama adalah penguatan daya tahan dan fleksibilitas APBN agar responsif dan antisipatif dalam menghadapi situasi global yang masih tidak menentu," ujarnya dalam Sidang Paripurna RAPBN 2014 di gedung DPR, Jakarta, Selasa (28/5/2013).
Yang kedua, Chatib menjelaskan, adalah penguatan perekonomian dalam negeri dan menjaga momentum pertumbuhan ekonomi dengan peningkatan produktivitas APBN melalui pemberian stimulus fiskal untuk mendukung mesin perekonomian domestik.
"Ketiga, pemerintah akan mengelola APBN dengan kehati-hatian sehingga defisit hanya mencapai 1,2 sampai 1,7 persen dari PDB saja," lanjutnya.
Sementara yang keempat, adalah pengendalian net negative flow dan primary balance (keseimbangan neraca perdagangan) untuk memperkecil risiko dan menjaga keseimbangan fiskal dari potensi tekanan-tekanan ekonomi.
"Yang dimaksud dengan tekanan itu adalah perlambatan pertumbuhan ekonomi, terdepresinya nilai tukar rupiah, penurunan lifting, tingginya level ICP kita, dan meningkatnya volume konsumsi BBM," tutupnya.
(gpr)