Rupiah lemah akibat penghentian quantitative easing
A
A
A
Sindonews.com - Mengenai jatuhnya level rupiah menjadi Rp9.889 per dolar yang mana level tersebut terendah selama empat tahun, Menteri Keuangan M. Chatib Basri mengatakan, kemungkinan disebabkan pasar yang fluktuatif karena ada penghentian quantitative easing atau pengeluaran uang secara besar-besaran.
"Ben Bernanke (ekonom AS) baru bicara tentang penghentian quantitative easing. Kemungkinan penghentian quantitative easing yang implikasinya maka arus capital dalam bentuk portofolio ke emerging market itu akan melambat, jadi mungkin itu penyebabnya," ujarnya di gedung DPR, Jakarta, Rabu (29/5/2013).
Chatib melanjutkan, sebenarnya pasar belum menangkap realisasi rencana penghentian quantitative easing tersebut. Dia juga akan memperhatikan quantitative easing karena pasar akan merespon dengan cepat hal ini.
"Jadi sinyal dari Ben Bernanke seperti itu, tapi kita mesti lihat karena ini yang biasanya direspon market dengan cepat," imbuhnya.
Tetapi dia berpikiran pelemahan rupiah bukan terjadi karena ketidakpastian harga BBM subsidi, tetapi murni karena fluktuasi pasar yang menyebabkan pelemahan rupiah.
"Saya tidak mau mengklaim gara-gara harga BBM itu, nanti market menjadi tinggi karena sekarang rupiah melemah lagi. Ini lebih kepada fluktuasi pasar mata uang," tutupnya.
"Ben Bernanke (ekonom AS) baru bicara tentang penghentian quantitative easing. Kemungkinan penghentian quantitative easing yang implikasinya maka arus capital dalam bentuk portofolio ke emerging market itu akan melambat, jadi mungkin itu penyebabnya," ujarnya di gedung DPR, Jakarta, Rabu (29/5/2013).
Chatib melanjutkan, sebenarnya pasar belum menangkap realisasi rencana penghentian quantitative easing tersebut. Dia juga akan memperhatikan quantitative easing karena pasar akan merespon dengan cepat hal ini.
"Jadi sinyal dari Ben Bernanke seperti itu, tapi kita mesti lihat karena ini yang biasanya direspon market dengan cepat," imbuhnya.
Tetapi dia berpikiran pelemahan rupiah bukan terjadi karena ketidakpastian harga BBM subsidi, tetapi murni karena fluktuasi pasar yang menyebabkan pelemahan rupiah.
"Saya tidak mau mengklaim gara-gara harga BBM itu, nanti market menjadi tinggi karena sekarang rupiah melemah lagi. Ini lebih kepada fluktuasi pasar mata uang," tutupnya.
(gpr)