RI berpotensi jadi produsen kakao terbesar dunia

Sabtu, 01 Juni 2013 - 14:18 WIB
RI berpotensi jadi produsen...
RI berpotensi jadi produsen kakao terbesar dunia
A A A
Sindonews.com - Menteri Pertanian (Mentan), Suswono mengatakan, Indonesia berpotensi untuk menjadi negara penghasil kakao terbesar di dunia. Baik produksi maupun kualitas kakao Indonesia masih bisa ditingkatkan, sehingga dapat menyaingi produk kakao negara lain.

"Posisi Indonesia saat ini berada di urutan ketiga di bawah Pantai Gading dan Ghana sebagai penghasil kakao dunia. Namun ini masih bisa ditingkatkan," katanya dalam keterangan tertulis, Sabtu (1/6/2013).

Suswono mengatakan, sejak meluncurkan program Gerakan Nasional (Gernas) Kakao pada 2010, luas lahan dan kualitas kakao Indonesia terus meningkat. Pada 2012 produksi kakao Indonesia mencapai 750 ribu ton.

Menurutnya, Pantai Gading dan Ghana memasok sekitar 44 persen kebutuhan kakao dunia. Sementara Indonesia sekitar 13 persen. Padahal, Indonesia memiliki kakao dengan kualitas yang baik. Bahkan kakao yang tumbuh di Payakumbuh merupakan kakao terbaik di dunia.

"Buah dan bijinya besar. Negara lain tidak memiliki kakao seperti ini," lanjut Suswono.

Hal ini diakui Walikota Payakumbuh, Reza Falepi yang mengatakan, banyak peneliti cokelat dari luar Indonesia datang ke Payakumbuh hanya untuk meneliti kakao Payakumbuh. "Mereka bilang kakao Payakumbuh yang terbaik di dunia," katanya.

Mentan mengimbau, agar tidak ada lagi ekspor biji kakao mentah. Kakao yang diekspor harus memiliki nilai lebih. "Kalau bisa yang diekspor produk olahannya agar nilai tambahnya besar. Kalau belum bisa minimal difermentasi lebih dulu baru diekspor. Sehingga ada nilai tambahnya dan harganya lebih mahal ketimbang biji kakao mentah," terangnya.

Payakumbuh merupakan daerah penghasil kakao terbesar di Indonesia untuk skala non perusahaan. Untuk skala perusahaan penghasil kakao terbesar adalah PT Perkebunan Negara (PTPN).

Luas lahan kakao Indonesia saat ini sekitar 1,7 juta hektare (ha). Dari jumlah tersebut baru 1,1 juta ha yang menghasilkan. Sementara 400 ribu ha belum menghasilkan, dan 200 ribu hektare lahan rusak.
(izz)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7571 seconds (0.1#10.140)