ILO kutuk ketimpangan di perusahaan negara maju

Senin, 03 Juni 2013 - 18:48 WIB
ILO kutuk ketimpangan...
ILO kutuk ketimpangan di perusahaan negara maju
A A A
Sindonews.com - Organisasi Buruh Internasional (International Labour Organization/ILO) mengutuk kesenjangan yang terus meningkat di negara-negara maju.

Dalam laporan dua tahunan, ILO mengemukakan, perekonomian dunia secara perlahan pulih dari krisis keuangan global yang terjadi pada 2008, di mana sebagian besar negara berkembang menunjukkan kenaikan dalam pekerjaan dan penyempitan kesenjangan penghasilan.

Tapi, perusahaan besar di negara maju walau telah melihat keuntungan kembali bangkit cerita sangat berbeda, investasi merosot dan kesenjangan tumbuh. Pada 2010-2011, ketidaksetaraan penghasilan meningkat di 14 dari 26 negara maju, termasuk Prancis, Denmark, Spanyol dan Amerika Serikat.

"Ada keterputusan antara keuntungan dan investasi," kata Raymond Torres, kepala ILO Institut Internasional Studi Perburuhan, kepada wartawan di Jenewa, seperti dilansir Expatica, Senin (3/6/2013).

Di dunia terdapat sekitar 200 juta orang keluar dari pekerjaan - angka akan meningkat menjadi 208 juta pada 2015 - perusahaan besar di negara maju sekarang menikmati margin keuntungan yang sama dengan yang dicapai antara 2004-2007, sesuai dengan laporan setebal 117 halaman "Perbaikan struktur ekonomi dan sosial".

"Namun, bukannya menempatkan keuntungan ini untuk bekerja melalui investasi produktif dalam ekonomi riil, peningkatan pendapatan lebih sering disalurkan untuk kepemilikan kas yang lebih tinggi," katanya.

Kepala ILO Guy Ryder menyatakan, kondisi ini mengakibatkan krisis ekonomi terus bertahan dan situasi di beberapa negara Eropa khususnya struktur ekonomi dan sosial mulai meregang.

"Kita perlu pemulihan global difokuskan pada pekerjaan dan investasi produktif, dikombinasikan dengan perlindungan sosial yang lebih baik bagi kelompok termiskin dan paling rentan," jelasnya.

Di negara-negara terkaya dunia, investasi turun 21,6 persen dari produk domestik bruto (PDB) pada 2007 menjadi hanya 18,5 persen dari tahun sebelumnya.
(dmd)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0803 seconds (0.1#10.140)