FAO: Masalah makanan bebani ekonomi dunia

Selasa, 04 Juni 2013 - 17:14 WIB
FAO: Masalah makanan bebani ekonomi dunia
FAO: Masalah makanan bebani ekonomi dunia
A A A
Sindonews.com - Badan Pangan dan Pertanian (Food and Agricultural Organisation/FAO) PBB melaporkan obesitas dan gizi buruk memberikan tekanan terhadap pertumbuhan ekonomi global. Sebaliknya, investasi makanan sehat akan memberikan keuntungan ekonomi dan sosial yang besar.

Kehilangan produktivitas dan tagihan perawatan kesehatan terkait dengan kekurangan gizi diungkapkan sebanyak lima persen dari produk domestik bruto (PDB), atau setara dengan USD3,5 triliun (2,6 triliun euro) setahun.

"Meningkatkan gizi akan meningkatkan penghasilan dengan rasio manfaat untuk biaya hampir 13 ke 1," kata FAO, seperti dilansir dari Straits Times, Selasa (4/6/2013).

Dalam laporan tahunan, badan berbasis di Roma, Italia itu mengatakan 12,5 persen dari populasi dunia (868 juta orang) kekurangan gizi dalam hal asupan energi. Sementara 26 persen anak-anak di seluruh dunia terhambat akibat kekurangan gizi. Selanjutnya, sekitar 2 miliar orang menderita kekurangan gizi mikro dan 1,4 miliar orang kelebihan berat badan - 500 juta mengalami obesitas.

Di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah, peningkatan jumlah obesitas mempengaruhi biaya kesehatan dan sosial.

FAO juga menyebutkan, meningkatnya urbanisasi, gaya hidup menetap dan peningkatan ketersediaan makanan kemasan berarti pembuat kebijakan menghadapi tantangan yang signifikan dalam membalikkan obesitas.

"Investasi dalam pengurangan defisiensi micronutrient akan menghasilkan kesehatan yang lebih baik, kematian anak lebih sedikit dan meningkatkan laba masa depan," jelasnya.

Biaya gizi diperkirakan 23 persen dari PDB global, setara dengan USD1,4 - USD2,1 triliun per tahun. Meskipun tidak ada data spesifik mengenai biaya ekonomi dari obesitas, biaya kumulatif dari semua penyakit non infeksi, yang obesitas merupakan faktor risiko terbesar diperkirakan sekitar USD1,4 triliun pada 2010.

Untuk itu, FAO mendesak para pemimpin global meningkatkan nutrisi dalam sistem makanan - sebagian melalui kebijakan pertanian - dan mempromosikan perubahan perilaku melalui pendidikan.
(dmd)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.9333 seconds (0.1#10.140)