Minyak di Asia rebound menunggu data ekonomi AS
A
A
A
Sindonews.com - Harga minyak di perdagangan Asia hari ini naik, di mana dealer membeli minyak mentah lebih murah menjelang rilis ekonomi utama Amerika Serikat.
Kontrak utama New York, West Texas Intermediate (WTI), minyak mentah light sweet untuk pengiriman Juli menambah 43 sen menjadi USD93,74 per barel. Sementara minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Juli naik 13 sen menjadi USD103,37.
"Kami melihat rebound di belakang penurunan harga WTI," kata Jason Hughes, kepala perdagangan penjualan CMC Markets, Singapura, seperti dilansir dari The News Internatonal, Rabu (5/6/2013).
"Pasar sedang menunggu data AS (angka pekerjaan). Mereka datang pada posisi terbalik bulan lalu, dan dealer mencari untuk melihat seberapa kuat data pekerjaan bulan ini," tambahnya.
Harga Brent ditutup lebih tinggi dari USD 1, kemarin, didukung meningkatnya kekhawatiran tentang perang sipil di Suriah setelah Prancis mengklaim memiliki bukti senjata kimia digunakan rezim Presiden Bashar al-Assad.
Sebelumnya, penyelidik PBB mengatakan mereka memiliki "alasan kuat" untuk meyakini bahwa kedua belah pihak di Suriah telah menggunakan senjata kimia, pertama kalinya seperti dugaan awal pada 2011.
Sementara David Lennox, analis sumber daya dari Fat Prophets, Sydney, melihat para pedagang ke arah laporan stok terbaru AS. "Ada lebih banyak tekanan datang dari Amerika Serikat. Kami juga di awal musim mengemudi, di mana kita bisa mengharapkan harga minyak mentah mencentang naik," ujarnya.
Kontrak utama New York, West Texas Intermediate (WTI), minyak mentah light sweet untuk pengiriman Juli menambah 43 sen menjadi USD93,74 per barel. Sementara minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Juli naik 13 sen menjadi USD103,37.
"Kami melihat rebound di belakang penurunan harga WTI," kata Jason Hughes, kepala perdagangan penjualan CMC Markets, Singapura, seperti dilansir dari The News Internatonal, Rabu (5/6/2013).
"Pasar sedang menunggu data AS (angka pekerjaan). Mereka datang pada posisi terbalik bulan lalu, dan dealer mencari untuk melihat seberapa kuat data pekerjaan bulan ini," tambahnya.
Harga Brent ditutup lebih tinggi dari USD 1, kemarin, didukung meningkatnya kekhawatiran tentang perang sipil di Suriah setelah Prancis mengklaim memiliki bukti senjata kimia digunakan rezim Presiden Bashar al-Assad.
Sebelumnya, penyelidik PBB mengatakan mereka memiliki "alasan kuat" untuk meyakini bahwa kedua belah pihak di Suriah telah menggunakan senjata kimia, pertama kalinya seperti dugaan awal pada 2011.
Sementara David Lennox, analis sumber daya dari Fat Prophets, Sydney, melihat para pedagang ke arah laporan stok terbaru AS. "Ada lebih banyak tekanan datang dari Amerika Serikat. Kami juga di awal musim mengemudi, di mana kita bisa mengharapkan harga minyak mentah mencentang naik," ujarnya.
(dmd)