Wall Street kembali menguat
A
A
A
Sindonews.com - Saham-saham di Bursa Wall Street pada perdagangan Selasa waktu setempat berakhir positif selama dua hari berturut-turut karena investor optimistis bahwa The Fed tidak akan menghentikan stimulus moneter dalam waktu dekat.
Kuatnya pasar saham menunjukkan meningkatnya ekuitas di pasar modal, tetapi volume perdagangan masih minim, yang menandakan bahwa banyak pelaku pasar masih dalam posisi wait and see.
Kalangan investor berharap bahwa hasil pertemuan FOMC Bank Sentral AS yang akan diumumkan pada Rabu waktu setempat adalah mempertahankan kebijakan stimulus moneter, meski data ekonomi Amerika Serikat (AS) menguat baru-baru ini yang menunjukkan membaiknya perekonomian.
Di samping itu, harga konsumen naik tipis pada bulan lalu. Indeks harga konsumen tidak termasuk makanan dan energi, naik 1,7 persen dalam 12 bulan terakhir sejak Mei 2012. Ini menunjukkan tekanan inflasi tetap terkendali.
Sementara Gubernur The Fed, Ben Bernanake belum lama ini mengatakan bahwa program tersebut akan dilakukan ketika ekonomi negara tersebut cukup kuat, sehingga menyebabkan meningkatnya volatilitas di pasar keuangan.
"Saham bergerakn lebih tinggi karena investor menyesuaikan diri bahwa selain faktor The Fed yang akan mengumumkan hasil FOMC meeting, juga ekonomi yang cukup mampu tumbuh tanpa itu. Meski masih ada ketidakpastian dan berhati-hati, tetapi karena saham masih murah, sehingga harus terus berkembang untuk waktu yang lama," kata Analis JPMorgan Funds, David Kelly seperti dilansir Reuters, Rabu (19/6/2013).
Pada perdagangan semalam, indeks Dow Jones naik 138,38 poin atau 0,91 persen ke 15.318,23; indeks S&P 500 naik 12,76 poin atau 0,78 persen ke 1.651,80 dan indeks Nasdaq naik 30,05 poin atau 0,87 persen ke 3.482,18.
Kuatnya pasar saham menunjukkan meningkatnya ekuitas di pasar modal, tetapi volume perdagangan masih minim, yang menandakan bahwa banyak pelaku pasar masih dalam posisi wait and see.
Kalangan investor berharap bahwa hasil pertemuan FOMC Bank Sentral AS yang akan diumumkan pada Rabu waktu setempat adalah mempertahankan kebijakan stimulus moneter, meski data ekonomi Amerika Serikat (AS) menguat baru-baru ini yang menunjukkan membaiknya perekonomian.
Di samping itu, harga konsumen naik tipis pada bulan lalu. Indeks harga konsumen tidak termasuk makanan dan energi, naik 1,7 persen dalam 12 bulan terakhir sejak Mei 2012. Ini menunjukkan tekanan inflasi tetap terkendali.
Sementara Gubernur The Fed, Ben Bernanake belum lama ini mengatakan bahwa program tersebut akan dilakukan ketika ekonomi negara tersebut cukup kuat, sehingga menyebabkan meningkatnya volatilitas di pasar keuangan.
"Saham bergerakn lebih tinggi karena investor menyesuaikan diri bahwa selain faktor The Fed yang akan mengumumkan hasil FOMC meeting, juga ekonomi yang cukup mampu tumbuh tanpa itu. Meski masih ada ketidakpastian dan berhati-hati, tetapi karena saham masih murah, sehingga harus terus berkembang untuk waktu yang lama," kata Analis JPMorgan Funds, David Kelly seperti dilansir Reuters, Rabu (19/6/2013).
Pada perdagangan semalam, indeks Dow Jones naik 138,38 poin atau 0,91 persen ke 15.318,23; indeks S&P 500 naik 12,76 poin atau 0,78 persen ke 1.651,80 dan indeks Nasdaq naik 30,05 poin atau 0,87 persen ke 3.482,18.
(rna)