Operator pelabuhan diminta serius tekan dwelling time
A
A
A
Sindonews.com - Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia menilai upaya menekan dwelling time di Pelabuhan Tanjung Priok menjadi tiga hari atau bahkan lebih baik dan YOR (Yard Occupancy Ratio) menjadi 65 persen dapat dilakukan. Namun operator pelabuhan dan otoritas pelabuhan harus memiliki itikad untuk melakukannya.
Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Logistik, Carmelita Hartoto mengatakan, saat ini patut dikhawatirkan kondisi YOR tinggi dan dweeling time tidak efisien seperti dibiarkan, karena sudah berlangsung cukup lama. Bahkan ada kesan operator pelabuhan justru enggan memindahkan peti kemas ke lapangan penumpukan penunjang logistik (over brengen) ke sekitar pelabuhan.
"Sebab, ada pihak yang diuntungkan akibat YOR dan dwelling time tinggi, terutama operator pelabuhan mengingat kondisi saat ini memberikan income tambahan. Sehingga jika peti kemas dipindahkan ke lapangan penumpukan penunjang logistik, otomatis berpengaruh kepada pendapatan," kata dia dalam rilisnya di Jakarta, Kamis (4/7/2013).
Kondisi YOR tinggi, menurut dia, berakibat pada dwelling time dan semua akan bermuara kepada biaya transportasi dan logistik, baik laut maupun darat. Jika kapal sampai delay sehari, kerugiannya mencapai Rp25 juta ke atas per hari untuk kapal kecil berkapasitas 300 TEUs, dan ratusan juta untuk kapal mother vessel.
"Kalau sekarang YOR di Priok sudah di atas 100 persen, maka kondisi pelabuhan sangat kongesti. Melihat fakta seperti ini, maka dapat dikatakan bahwa manajemen pelabuhan telah gagal dalam mengantisipasi pertumbuhan arus barang keluar masuk pelabuhan," tambahnya.
Pertumbuhan arus barang melalui pelabuhan Tanjung Priok selama ini terjadi karena pertumbuhan ekonomi yang positif di Indonesia serta adanya pengalihan pasar perdagangan ke Indonesia, sebab kondisi pelabuhan Tanjung Priok selama lima tahun terakhir tidak mengalami perubahan.
Untuk mengantisipasi pertumbuhan arus barang, seharusnya ada rencana jangka pendek dan panjang, terutama guna mengurai YOR yang panjang. Sebab, YOR yang sudah tidak normal menimbulkan kerugian ganda, baik bagi pemilik barang, operator transportasi dan logistik maupun konsumen itu sendiri.
Pihaknya mengharapkan, baik operator pelabuhan, otoritas pelabuhan maupun pihak-pihak lainnya seperti Bea dan Cukai agar dapat bersinergi untuk membereskan Tanjung Priok yang sehari-hari semakin kusut dan menjadi sumber inefisiensi logistik. Karena pembenahannya berjalan lambat.
Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Logistik, Carmelita Hartoto mengatakan, saat ini patut dikhawatirkan kondisi YOR tinggi dan dweeling time tidak efisien seperti dibiarkan, karena sudah berlangsung cukup lama. Bahkan ada kesan operator pelabuhan justru enggan memindahkan peti kemas ke lapangan penumpukan penunjang logistik (over brengen) ke sekitar pelabuhan.
"Sebab, ada pihak yang diuntungkan akibat YOR dan dwelling time tinggi, terutama operator pelabuhan mengingat kondisi saat ini memberikan income tambahan. Sehingga jika peti kemas dipindahkan ke lapangan penumpukan penunjang logistik, otomatis berpengaruh kepada pendapatan," kata dia dalam rilisnya di Jakarta, Kamis (4/7/2013).
Kondisi YOR tinggi, menurut dia, berakibat pada dwelling time dan semua akan bermuara kepada biaya transportasi dan logistik, baik laut maupun darat. Jika kapal sampai delay sehari, kerugiannya mencapai Rp25 juta ke atas per hari untuk kapal kecil berkapasitas 300 TEUs, dan ratusan juta untuk kapal mother vessel.
"Kalau sekarang YOR di Priok sudah di atas 100 persen, maka kondisi pelabuhan sangat kongesti. Melihat fakta seperti ini, maka dapat dikatakan bahwa manajemen pelabuhan telah gagal dalam mengantisipasi pertumbuhan arus barang keluar masuk pelabuhan," tambahnya.
Pertumbuhan arus barang melalui pelabuhan Tanjung Priok selama ini terjadi karena pertumbuhan ekonomi yang positif di Indonesia serta adanya pengalihan pasar perdagangan ke Indonesia, sebab kondisi pelabuhan Tanjung Priok selama lima tahun terakhir tidak mengalami perubahan.
Untuk mengantisipasi pertumbuhan arus barang, seharusnya ada rencana jangka pendek dan panjang, terutama guna mengurai YOR yang panjang. Sebab, YOR yang sudah tidak normal menimbulkan kerugian ganda, baik bagi pemilik barang, operator transportasi dan logistik maupun konsumen itu sendiri.
Pihaknya mengharapkan, baik operator pelabuhan, otoritas pelabuhan maupun pihak-pihak lainnya seperti Bea dan Cukai agar dapat bersinergi untuk membereskan Tanjung Priok yang sehari-hari semakin kusut dan menjadi sumber inefisiensi logistik. Karena pembenahannya berjalan lambat.
(izz)