Inflasi tahunan China naik 2,7%
A
A
A
Sindonews.com - Inflasi tahunan China dipercepat menjadi 2,7 persen pada Juni. Namun analis memperingatkan, permintaan tetap lemah dan pertumbuhan ekonomi terbesar kedua di dunia itu mungkin melambat.
Biro Statistik Nasional China (NBS) melaporkan angka year-on-year (yoy) untuk indeks harga konsumen (CPI) - sebuah ukuran utama inflasi - naik dari 2,1 persen pada Mei. Angka tersebut lebih tinggi dari ekspektasi pasar 2,5 persen dalam jajak pendapat terhadap 18 ekonom oleh Dow Jones Newswires.
Menurut NBS, kenaikan harga pangan tahunan yang menabrak di angka 4,9 persen pada Juni, sebagai kekuatan utama pendorong inflasi.
China telah menetapkan target inflasi 2013 sebesar 3,5 persen, jauh lebih tinggi dari tingkat aktual tahun lalu, sebesar 2,6 persen.
"Inflasi belum menjadi perhatian ... dan tekanan inflasi ringan masih terkendali," kata Sun Junwei, ekonom bank HSBC berbasis di Beijing, seperti dilansir dari AFP, Selasa (9/7/2013).
Perekonomian China tumbuh hanya 7,8 persen pada 2012, laju tahunan paling lambat dalam 13 tahun, dan diperluas 7,7 persen dalam tiga bulan pertama tahun ini.
Analis memperkirakan pertumbuhan pada kuartal kedua lebih lanjut melambat akibat permintaan domestik dan luar negeri melemah, serta tekad Beijing melaksanakan reformasi untuk mengurangi ketergantungan negara pada investasi dan ekspor.
Indeks manajer pembelian (PMI) China versi HSBC, yang melacak aktivitas manufaktur di pabrik dan merupakan indikator kesehatan ekonomi, mencapai titik terendah dalam sembilan bulan 48,2 pada Juni, menunjukkan kontraksi lebih lanjut.
NBS menunjukkan indeks harga produsen China (PPI), yang mengukur biaya barang ketika meninggalkan pabrik, jatuh 2,7 persen yoy pada Juni, berada di wilayah negatif dalam 16 bulan.
Atas kondisi ini, ekonom Bank of America Merrill Lynch, Lu Ting dan Zhi Xiaojia mengharapkan pihak berwenang China menjaga kebijakan moneter netral dengan "tidak mengurangi atau melakukan pengetatan".
Biro Statistik Nasional China (NBS) melaporkan angka year-on-year (yoy) untuk indeks harga konsumen (CPI) - sebuah ukuran utama inflasi - naik dari 2,1 persen pada Mei. Angka tersebut lebih tinggi dari ekspektasi pasar 2,5 persen dalam jajak pendapat terhadap 18 ekonom oleh Dow Jones Newswires.
Menurut NBS, kenaikan harga pangan tahunan yang menabrak di angka 4,9 persen pada Juni, sebagai kekuatan utama pendorong inflasi.
China telah menetapkan target inflasi 2013 sebesar 3,5 persen, jauh lebih tinggi dari tingkat aktual tahun lalu, sebesar 2,6 persen.
"Inflasi belum menjadi perhatian ... dan tekanan inflasi ringan masih terkendali," kata Sun Junwei, ekonom bank HSBC berbasis di Beijing, seperti dilansir dari AFP, Selasa (9/7/2013).
Perekonomian China tumbuh hanya 7,8 persen pada 2012, laju tahunan paling lambat dalam 13 tahun, dan diperluas 7,7 persen dalam tiga bulan pertama tahun ini.
Analis memperkirakan pertumbuhan pada kuartal kedua lebih lanjut melambat akibat permintaan domestik dan luar negeri melemah, serta tekad Beijing melaksanakan reformasi untuk mengurangi ketergantungan negara pada investasi dan ekspor.
Indeks manajer pembelian (PMI) China versi HSBC, yang melacak aktivitas manufaktur di pabrik dan merupakan indikator kesehatan ekonomi, mencapai titik terendah dalam sembilan bulan 48,2 pada Juni, menunjukkan kontraksi lebih lanjut.
NBS menunjukkan indeks harga produsen China (PPI), yang mengukur biaya barang ketika meninggalkan pabrik, jatuh 2,7 persen yoy pada Juni, berada di wilayah negatif dalam 16 bulan.
Atas kondisi ini, ekonom Bank of America Merrill Lynch, Lu Ting dan Zhi Xiaojia mengharapkan pihak berwenang China menjaga kebijakan moneter netral dengan "tidak mengurangi atau melakukan pengetatan".
(dmd)