IHSG masih diwarnai tekanan jual

Rabu, 17 Juli 2013 - 08:13 WIB
IHSG masih diwarnai...
IHSG masih diwarnai tekanan jual
A A A
Sindonews.com - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tampaknya akan bergerak sideways dipengaruhi oleh tekanan jual yang masih terasa.

Kepala Riset Trust Securities, Reza Priyambada memproyeksikan, pada perdagangan hari ini IHSG akan berada pada kisaran support 4.615-4.635 dan resistance 4.663-4.675.

Berpola menyerupai shooting star pada middle bollinger bands (MBB). MACD masih naik dengan histogram positif yang mendatar. RSI, William's %R, dan Stochastic masih naik tipis di atas area oversold.

"IHSG sempat berada di atas target resisten 1 kami (4.655), namun gagal melampaui target resisten 2 (4.664) yang menandakan masih adanya tekanan jual," kata Reza, Rabu (17/7/2013).

Laju IHSG, lanjut Reza, kemungkinan masih cenderung sideways dan berpeluang melemah jika tidak didukung sentimen yang ada.

"Oleh karena itu, diharapkan tekanan jual yang ada tidak membuat IHSG terhambat untuk melanjutkan kenaikannya," pungkasnya.

Laju IHSG mulai menunjukkan sisi positifnya di tengah hambatan profit taking. Positifnya laju bursa saham Eropa dan AS berimbas baik pada laju bursa saham Asia, termasuk IHSG.

Meski bursa saham China sempat melemah namun, pelaku pasar tetap aktif masuk ke pasar sehingga mampu mempertahankan IHSG di zona hijaunya.

Beruntungnya IHSG ketika akhirnya bursa saham China kembali positif, begitupun dengan Nikkei yang juga berakhir positif seiring dengan ekspektasi meningkatnya kinerja keuangan.

Ekspektasi akan meningkatnya kinerja keuangan emiten dalam negeri turut mempengaruhi minat investor meskipun terlihat asing masih jualan.

Sepanjang perdagangan kemarin, IHSG menyentuh level 4.663,85 (level tertingginya) di pertengahan sesi 1 dan menyentuh level 4.621,46 (level terendahnya) di awal sesi 1 dan berakhir di level 4.644,04.

Volume perdagangan dan nilai total transaksi naik. Investor asing mencatatkan nett sell dengan penurunan nilai transaksi beli dan transaksi jual. Investor domestik mencatatkan nett buy.

Pergerakan nilai tukar rupiah masih tetap berada di zona negatif setelah pelaku pasar akhirnya menyadari bahwa kebijakan BI untuk menaikan BI rate merupakan kebijakan yang keliru karena dilakukan di tengah perekonomian yang sedang melambat.

Apalagi sebelumnya, pemerintah juga telah menaikkan harga BBM yang memperlihatkan adanya kebijakan pengetatan fiskal sehingga dikhawatirkan akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi.
(rna)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5448 seconds (0.1#10.140)