Importir Jabar minta BI stabilitas rupiah
A
A
A
Sindonews.com - Gabungan pengusaha importir Jawa Barat meminta Bank Indonesia (BI) segera menstabilkan nilai tukar rupiah terhadap dolar (USD).
Ketua Gabungan Importir Nasional Seluruh Indonesia (GINSI) Jawa Barat, Yusuv Suhyar mengatakan, pelemahan nilai tukar rupiah menyebabkan perubahan nilai pembayaran impor dari perkiraan awal. Setidaknya, industri harus menanggung perubahan pembayaran antara 10-20 persen.
Sementara, sebagian besar industri di Jawa Barat masih mengandalkan bahan baku impor untuk produksinya. Sektor-sektor yang mengandalkan bahan baku impor yaitu tekstil dan produk tekstil (TPT), bahan baku kimia, manufaktur seperti baja ringan, alumunium, serta komponen otomotif lainnya. Bahkan, sekitar 80 persen industri TPT nasional ada di Jawa Barat.
“Bank sentral mesti segera memberi kepastian nilai tukar rupiah terhadap dolar. Ini untuk memberi rasa nyaman bagi pelaku industri dalam negeri dalam menentukan perdagangan tiga bulan kedepan,” jelas Yusuv di Bandung, Kamis (18/7/2013).
Yusuv menambahkan, pelemahan nilai tukar rupiah menyebabkan pengurangan margin yang diterima industri dalam negeri. Idealnya, nilai rukar rupiah terhadap dolar pada posisi Rp9.500/USD.
Ketua Gabungan Importir Nasional Seluruh Indonesia (GINSI) Jawa Barat, Yusuv Suhyar mengatakan, pelemahan nilai tukar rupiah menyebabkan perubahan nilai pembayaran impor dari perkiraan awal. Setidaknya, industri harus menanggung perubahan pembayaran antara 10-20 persen.
Sementara, sebagian besar industri di Jawa Barat masih mengandalkan bahan baku impor untuk produksinya. Sektor-sektor yang mengandalkan bahan baku impor yaitu tekstil dan produk tekstil (TPT), bahan baku kimia, manufaktur seperti baja ringan, alumunium, serta komponen otomotif lainnya. Bahkan, sekitar 80 persen industri TPT nasional ada di Jawa Barat.
“Bank sentral mesti segera memberi kepastian nilai tukar rupiah terhadap dolar. Ini untuk memberi rasa nyaman bagi pelaku industri dalam negeri dalam menentukan perdagangan tiga bulan kedepan,” jelas Yusuv di Bandung, Kamis (18/7/2013).
Yusuv menambahkan, pelemahan nilai tukar rupiah menyebabkan pengurangan margin yang diterima industri dalam negeri. Idealnya, nilai rukar rupiah terhadap dolar pada posisi Rp9.500/USD.
(gpr)