BRI urung naikkan suku bunga simpanan
A
A
A
Sindonews.com - PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) menargetkan tidak akan menaikkan suku bunga simpanan atau pinjamannya untuk menghadapi kenaikan BI Rate. Hal ini sebagai strategi perseroan yang melihat potensi ketika para pesaing beramai ramai menaikkan suku bunga.
Sekretaris Perusahaan BBRI, Muhammad Ali mengatakan, perseroan melihat potensi dari pengalaman sebelumnya yang tidak menaikkan suku bunga. Keputusan tersebut ternyata membuahkan hasil pertumbuhan mencapai 40 persen, sementara pesaing lain stagnan.
Strategi inilah yang akan digunakan untuk meraih nasabah baru di saat pesaing mengalami slowdown. "Kami tidak akan menaikkan suku bunga sebagai komitemen perseroan. Justru ini akan menjadi potensi meraih nasabah baru hingga inflasi normal kembali pada September," ujar Ali di Jakarta, Kamis (18/7/2013).
Menurutnya, perseroan tidak akan merubah RBB tahun ini dan tetap akan melakukan ekspansi. Perseroan juga akan lebih selektif dalam memilih debitur, sehingga akan tetap menjaga rasio kredit bermasalah (NPL). Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan harga yang lebih kompetitif.
"Kami akan menjaga bottom line dengan selektif pada debitur yang potensial. Kami akan memberikan harga yang lebih kompetitif karena kami sangat efisien," ujarnya.
Dia mengatakan, efisiensi bisa dicapai dengan ekspansi besar perseroan justru menjadi keuntungan. Misalnya, perseroan bisa mendapatkan harga lebih murah untuk pembelian ATM dibandingkan pesaing. Harga yang lebih murah tersebut dari pembelian skala besar sehingga lebih efisien.
Selain itu, perseroan juga akan meningkatkan kemampuan IT perseroan supaya meningkatkan efisiensi operasional. "Vendor ATM juga akan diuntungkan karena bermitra dengan kami akan meningkatkan market share produk mereka," ujarnya.
Sebelumnya, Direktur Bank Permata, Roy Arfandy mengatakan perseroan kedepan akan merespon kenaikan BI Rate dengan meningkatkan suku bunga pinjaman sebesar 0,5 persen.
Hal tersebut demi menyesuaikan BI Rate yang menyebabkan cost of fund perbankan turut mengalami kenaikan. Bunga pinjaman terkena dampak kenaikan biaya deposito.
Dia yakin para pesaing juga akan melakukan hal yang sama, namun hanya menunggu momentum saja. "Perbankan lain juga sudah melakukannya dan hanya tinggal menunggu waktu. Kami akan lebih selektif dalam memilih nasabah untuk menjaga likuiditas," ujar Roy beberapa waktu lalu.
Sekretaris Perusahaan BBRI, Muhammad Ali mengatakan, perseroan melihat potensi dari pengalaman sebelumnya yang tidak menaikkan suku bunga. Keputusan tersebut ternyata membuahkan hasil pertumbuhan mencapai 40 persen, sementara pesaing lain stagnan.
Strategi inilah yang akan digunakan untuk meraih nasabah baru di saat pesaing mengalami slowdown. "Kami tidak akan menaikkan suku bunga sebagai komitemen perseroan. Justru ini akan menjadi potensi meraih nasabah baru hingga inflasi normal kembali pada September," ujar Ali di Jakarta, Kamis (18/7/2013).
Menurutnya, perseroan tidak akan merubah RBB tahun ini dan tetap akan melakukan ekspansi. Perseroan juga akan lebih selektif dalam memilih debitur, sehingga akan tetap menjaga rasio kredit bermasalah (NPL). Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan harga yang lebih kompetitif.
"Kami akan menjaga bottom line dengan selektif pada debitur yang potensial. Kami akan memberikan harga yang lebih kompetitif karena kami sangat efisien," ujarnya.
Dia mengatakan, efisiensi bisa dicapai dengan ekspansi besar perseroan justru menjadi keuntungan. Misalnya, perseroan bisa mendapatkan harga lebih murah untuk pembelian ATM dibandingkan pesaing. Harga yang lebih murah tersebut dari pembelian skala besar sehingga lebih efisien.
Selain itu, perseroan juga akan meningkatkan kemampuan IT perseroan supaya meningkatkan efisiensi operasional. "Vendor ATM juga akan diuntungkan karena bermitra dengan kami akan meningkatkan market share produk mereka," ujarnya.
Sebelumnya, Direktur Bank Permata, Roy Arfandy mengatakan perseroan kedepan akan merespon kenaikan BI Rate dengan meningkatkan suku bunga pinjaman sebesar 0,5 persen.
Hal tersebut demi menyesuaikan BI Rate yang menyebabkan cost of fund perbankan turut mengalami kenaikan. Bunga pinjaman terkena dampak kenaikan biaya deposito.
Dia yakin para pesaing juga akan melakukan hal yang sama, namun hanya menunggu momentum saja. "Perbankan lain juga sudah melakukannya dan hanya tinggal menunggu waktu. Kami akan lebih selektif dalam memilih nasabah untuk menjaga likuiditas," ujar Roy beberapa waktu lalu.
(izz)