Masalah pajak dan ekonomi global agenda utama G20

Kamis, 18 Juli 2013 - 17:08 WIB
Masalah pajak dan ekonomi global agenda utama G20
Masalah pajak dan ekonomi global agenda utama G20
A A A
Sindonews.com - Masalah penggelapan pajak dan perpecahan ekonomi global terkait perlambatan di pasar negara berkembang bakal menjadi agenda utama KTT negara-negara G20 di Moskow, Rusia, pada 19-20 Juli 2013.

Para menteri keuangan dan gubernur bank sentral dari Kelompok 20 negara maju dan berkembang akan melakukan pertemuan ketiga tahun ini, sebagai pertemuan puncak di Saint-Petersburg, pada awal September mendatang.

Sumber pemerintah, yang menolak disebutkan namanya mengatakan, prioritas pertemuan ini membuat kemajuan ke arah transparansi menuju tindakan yang lebih kuat terhadap negara-negara dengan sistem hukum yang tidak kooperatif.

Pada pertemuan G20 terakhir di Washington, AS pada April lalu, pernyataan bersama menyerukan kerja sama internasional untuk menyerang kerahasiaan perbankan.

Tugas ini diberikan kepada lembaga yang berbasis di Paris, Perancis, OECD (Organisasi untuk Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan), sebagai pusat penelitian kebijakan dan forum untuk demokrasi maju. OECD akan melaporkan pekerjaannya kepada G20, Jumat (19/7/2013) waktu setempat.

Salah satu tujuan utama adalah mengatasi teknik apa yang dikenal sebagai optimasi pajak, yang berarti pengaturan akuntansi yang digunakan perusahaan multinasional untuk meminimalkan tagihan pajak mereka.

Masalah ini telah menjadi subjek panas, khususnya di negara-negara yang tengah melakukan langkah-langkah penghematan atas upaya kenaikan pajak dan pengangguran yang tinggi.

"Teknik-teknik penggelapan pajak dan bebas pajak adalah target utama pemerintah dan para menteri ingin memastikan sedang diperlakukan seperti itu," kata ekonom Macro Advisory, Chris Weafer, seperti dilansir dari AFP, Kamis (18/7/2013).

Masalah pajak merupakan kesempatan bagi negara-negara G20 untuk berbicara satu suara pada saat mereka terbagi atas kondisi perekonomian dunia. Namun, Weafer mengamati bisa terjadi perpecahan antara negara kaya dan negara berkembang.

Tingginya tingkat pertumbuhan negara berkembang, yang telah membantu mendukung kegiatan global menunjukkan tanda-tanda perlambatan dan ini menjadi perhatian.

China, ekonomi terbesar kedua di dunia, baru saja melaporkan bahwa pertumbuhan hanya mencapai 7,6 persen pada semester pertama tahun ini, dan menyatakan pertumbuhan saat ini sedang melambat.

Tidak hanya itu, pada awal Juli, Dana Moneter Internasional (IMF) menurunkan perkiraan pertumbuhan ekonomi China, Brasil, Afrika Selatan dan Rusia.
(dmd)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5970 seconds (0.1#10.140)