IHSG diprediksi bertahan di zona hijau

Jum'at, 19 Juli 2013 - 08:33 WIB
IHSG diprediksi bertahan...
IHSG diprediksi bertahan di zona hijau
A A A
Sindonews.com - Positifnya bursa saham Eropa dan AS pasca testimoni The Fed yang masih akan tetap mempertahankan kebijakan pembelian obligasinya dan mempertimbangkan untuk mulai menguranginya pada akhir 2013 dan berakhir pada 2014 jika ekonomi AS benar-benar menunjukkan pemulihan cukup berimbas positif pada IHSG.

"Pelaku pasar memanfaatkan momen tersebut untuk kembali aktif masuk pasar meski tidak terlalu agresif. Pada perdagangan hari ini diperkirakan IHSG akan berada pada support 4.665-4.689 dan resistance 4.744-4.756," ujar Kepala Riset Trust Securities, Reza Priyambada, Jumat (19/7/2013).

Berpola menyerupai three white soldier di atas middle bollinger bands (MBB). MACD masih naik dengan histogram positif yang memanjang. RSI, William's %R, dan Stochastic masih bergerak naik mendekati area overbought.

"Adanya sentimen positif mampu membuat IHSG berada di atas target resisten kami (4.683-4.694) yang menandakan meningkatnya dorongan beli. Laju positif ini seharusnya masih bisa bertahan bila didukung oleh sentimen yang ada terutama dari global untuk dapat mengimbangi sentimen negatif dari dalam negeri," pungkas dia.

Asing yang sebelumnya mulai melakukan aksi beli, kini kembali melakukan penjualan sehingga membuat laju IHSG tidak banyak mengalami penguatan meski masih bertahan di zona hijau.

Apalagi bursa saham China kembali melemah seiring dengan sentimen internalnya membuat laju IHSG pun sedikit terhambat kenaikannya.

"Sepanjang perdagangan, IHSG menyentuh level 4.715,53 (level tertingginya) jelang akhir sesi 1 dan menyentuh level 4.671,03 (level terendahnya) di awal sesi 1 dan berakhir di level 4.720,44," papar Reza.

Volume perdagangan turun dan nilai total transaksi naik. Investor asing mencatatkan nett sell dengan penurunan nilai transaksi beli dan kenaikan transaksi jual. Investor domestik mencatatkan nett buy.

Pergerakan nilai tukar rupiah secara perlahan masih melemah seiring belum percayanya pasar terhadap fundamental ekonomi Indonesia. Apalagi dengan masih melambatnya ekonomi China membuat ekonomi Indonesia tentunya juga akan berpengaruh.

Komentar salah satu pejabat bahwa level Rp10.000/USD bukanlah suatu level psikologis menimbulkan asumsi bahwa pelemahan rupiah bisa berlanjut karena tidak ada batas level bawah.

Selain itu, pernyataan BI bahwa inflasi Juli bisa akan lebih tinggi direspon negatif oleh pasar bahwa ekonomi masih akan terbebani dan tidak mungkin bagi BI untuk kembali menaikkan BI rate.

Bursa saham Asia variatif cenderung melemah tipis setelah sempat merespon positif hasil testimoni The Fed yang masih akan mempertahankan stimulus moneternya untuk sementara waktu.

Pelaku pasar kembali dihadapkan pada risiko masih melambatnya ekonomi dunia, terutama setelah IMF menegaskan risiko yang bisa meningkat setelah perlambatan ekonomi di China.

"Hal ini sejalan dengan penilaian ADB sebelumnya terhadap pertumbuhan ekonomi global. Pelemahan juga dipicu penurunan saham-saham properti dan komoditas China setelah adanya ekspektasi kenaikan harga rumah akan membatasi ruang bagi pemerintah untuk mendorong pertumbuhan," tutur dia.
(rna)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5890 seconds (0.1#10.140)