Peternak sapi resah daging impor mulai beredar
A
A
A
Sindonews.com - Keputusan pemerintah melakukan impor daging sapi dari Australia beberapa waktu lalu membuat peternak sapi diberbagai daerah resah, misalnya di Jombang, Jawa Timur (Jatim).
Para peternak menyesalkan langkah pemerintah tersebut karena akan menghancurkan harga daging sapi yang saat ini sedang tinggi dan dinikmati para peternak. Jika harga daging sapi kembali turun, peternak mengaku akan mengalami kerugian.
Sebab, menurut mereka, tingginya harga daging sapi saat ini bukan semata-mata karena stok daging sapi lokal menipis. Tetapi lebih disebabkan biaya produksi dan harga pakan sapi yang juga naik.
Joyo Ansori, salah seorang peternak sapi di Desa Banjaragung, Kecamatan Bareng, Kabupaten Jombang merasa kecewa atas keputusan pemerintah melakukan impor daging sapi.
Menurutnya, saat ini peternak sedang menikmati harga daging sapi yang cukup tinggi antara Rp85 ribu sampai Rp100 ribu per kilogram (kg). Jika pemerintah terus mengedarkan daging sapi impor di pasaran, peternak khawatir harga daging sapi lokal akan kembali anjlok. "Dan ujung-ujungnya kami merugi," katanya, Jumat (19/7/2013).
Peternak mengungkapkan, tingginya harga daging sapi saat ini bukan semata-mata disebabkan minimnya stok daging sapi di Pasaran. Namun lebih disebabkan biaya produksi atau harga pakan sapi yang terus melonjak naik.
Misalnya katul yang sebelumnya hanya Rp900 per kg, kini menjadi Rp1.300 per kg. Kenaikan juga terjadi pada ampas bir, jerami, bungkil kacang hijau, kedelai dan pakan-pakan lainnya.
Akibatnya, harga daging sapi lokal terus merangkak naik. Menurut dia, jika pemerintah ingin menurunkan harga daging sapi, seharusnya pemerintah menurunkan harga pakan sapi. "Bukannya malah impor daging sapi dari luar negeri," ujar dia.
Atas impor daging sapi tersebut, peternak resah karena harga daging sapi akan turun. Padahal, harga pakan dan biaya produksinya masih tetap tinggi. "Keputusan pemerintah impor daging sapi sama saja dengan membunuh peternak karena akan banyak yang gulung tikar," kata Joyo.
Dia menuturkan, dengan tingginya harga pakan saat ini, mereka akan mengalami bep (break event point/balik modal) jika harga daging sapi sekitar Rp75 ribu per kg.
"Jika harganya turun di bawah Rp75 ribu, peternak jelas rugi karena harga pakan sapi saat ini masih tinggi," ungkapnya.
Seperti diketahui, utnuk menurunkan harga daging sapi yang saat ini tinggi, pemerintah melalui Perum Bulog telah mengimpor daging sapi dari Australia beberapa waktu lalu. Bahkan di beberapa daerah, pemerintah juga mengedarkannya di pasaran.
Para peternak menyesalkan langkah pemerintah tersebut karena akan menghancurkan harga daging sapi yang saat ini sedang tinggi dan dinikmati para peternak. Jika harga daging sapi kembali turun, peternak mengaku akan mengalami kerugian.
Sebab, menurut mereka, tingginya harga daging sapi saat ini bukan semata-mata karena stok daging sapi lokal menipis. Tetapi lebih disebabkan biaya produksi dan harga pakan sapi yang juga naik.
Joyo Ansori, salah seorang peternak sapi di Desa Banjaragung, Kecamatan Bareng, Kabupaten Jombang merasa kecewa atas keputusan pemerintah melakukan impor daging sapi.
Menurutnya, saat ini peternak sedang menikmati harga daging sapi yang cukup tinggi antara Rp85 ribu sampai Rp100 ribu per kilogram (kg). Jika pemerintah terus mengedarkan daging sapi impor di pasaran, peternak khawatir harga daging sapi lokal akan kembali anjlok. "Dan ujung-ujungnya kami merugi," katanya, Jumat (19/7/2013).
Peternak mengungkapkan, tingginya harga daging sapi saat ini bukan semata-mata disebabkan minimnya stok daging sapi di Pasaran. Namun lebih disebabkan biaya produksi atau harga pakan sapi yang terus melonjak naik.
Misalnya katul yang sebelumnya hanya Rp900 per kg, kini menjadi Rp1.300 per kg. Kenaikan juga terjadi pada ampas bir, jerami, bungkil kacang hijau, kedelai dan pakan-pakan lainnya.
Akibatnya, harga daging sapi lokal terus merangkak naik. Menurut dia, jika pemerintah ingin menurunkan harga daging sapi, seharusnya pemerintah menurunkan harga pakan sapi. "Bukannya malah impor daging sapi dari luar negeri," ujar dia.
Atas impor daging sapi tersebut, peternak resah karena harga daging sapi akan turun. Padahal, harga pakan dan biaya produksinya masih tetap tinggi. "Keputusan pemerintah impor daging sapi sama saja dengan membunuh peternak karena akan banyak yang gulung tikar," kata Joyo.
Dia menuturkan, dengan tingginya harga pakan saat ini, mereka akan mengalami bep (break event point/balik modal) jika harga daging sapi sekitar Rp75 ribu per kg.
"Jika harganya turun di bawah Rp75 ribu, peternak jelas rugi karena harga pakan sapi saat ini masih tinggi," ungkapnya.
Seperti diketahui, utnuk menurunkan harga daging sapi yang saat ini tinggi, pemerintah melalui Perum Bulog telah mengimpor daging sapi dari Australia beberapa waktu lalu. Bahkan di beberapa daerah, pemerintah juga mengedarkannya di pasaran.
(izz)