80.568 warga Surabaya masih pengangguran
A
A
A
Sindonews.com - Pemkot Surabaya harus bisa menyediakan lapangan kerja yang cukup bagi warganya. Sebab, jumlah pengangguran di Kota Pahlawan masih tinggi. Dengan jumlah penduduk Surabaya sebesar 3 juta orang, tercatat sebanyak 80.568 warga tidak memiliki pekerjaan.
Kondisi itu membuat keprihatinan tersendiri bagi warga Surabaya. Sebab, kemajuan kota yang pesat tak diimbangi dengan penyediaan lapangan pekerjaan yang cukup.
“Kita malu dengan angka pengangguran sebesar itu. Kota ini adalah kota besar dengan APBD yang lebih dari Rp5,7 triliun,” ujar Ketua Komisi C DPRD Surabaya Sachiroel Alim Anwar, Minggu (21/7/2013).
Ia melanjutkan, ada juga tambahan pengangguran dari kalangan perempuan. Jumlah ibu rumah tangga yang tidak bekerja sebesar 542.998 orang dan pelajar atau mahasiswa 462.738 orang. Jumlah seluruhnya sekitar 1,7 juta orang. Sehingga lebih dari separuh penduduk Surabaya ini belum bisa dikategorikan mandiri dan masih bergantung pada orang lain.
Sachiroel juga menjelaskan, potensi masyarakat yang tidak bekerja ini cukup besar. Karena itu, Sachiroel meminta kepada pemkot untuk memberikan suntikan dana atau stimulasi pemberdayaan masyarakat. Apakah itu dikerjakan pemkot atau yang lain. Sehingga masyarakat yang tidak bekerja bisa mandiri di lingkungan sekitarnya.
“Kondisi seperti ini sebenarnya sudah terjadi sejak 2010 lalu, namun hingga sekarang angka pengangguran masih belum banyak mengalami penurunan,” tegasnya.
Sementara itu, kini pemkot mengisi kekosongan pekerja atau memberdayakan pengangguran. Mulai tahun ini, lulusan sekolah menengah kejuruan (SMK) diperkerjakan untuk menjaga rumah pompa.
Kepala Badan Kepegawaian dan Diklat (BKD) Kota Surabaya Yayuk Eko Agustin mengatakan, pengajuan tenaga yang diberdayakan di rumah pompa sudah dilakukan tiga tahun lalu. Namun, pengisian tenaga pada ujung tombak layanan publik itu belum juga disetujui. Untungnya banyak lulusan SMK yang siap kerja. Mereka memiliki skill yang memadai untuk ditempatkan di rumah pompa.
Dia melanjutkan, keberadaan rumah pompa memiliki andil besar dalam peningkatan layanan publik di Surabaya. Salah satunya tentang layanan publik yang mengatur langkah antisipasi banjir kota. Karena itu, keberadaan penjaga rumah pompa begitu besar artinya bagi kota Pahlawan ini. “Meskipun tak ada perekrutan PNS baru, tapi ada tenaga kerja lain yang bisa dimaksimalkan,” jelasnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga dan Pematusan (DPUBMP) Kota Surabaya Erna Purnawati mengatakan, saat ini jumlah rumah pompa yang ada di Surabaya sebanyak 64 unit. Jumlah itu tetap dirasa kurang, karena kawasan Surabaya cukup luas dan banyak saluran air yang langsung menuju ke laut.
Mengingat atas kondisi itu Pemkot terus berupaya menambah jumlah pompa airnya dengan berbagai cara. Selain membuat pengadaan pompa baru juga meminta bantu provinsi atau pusat untuk pengadaan pintu air tersebut. “Dari puluhan rumah pompa itu, kami membutuhkan penjaga di sana. Ini untuk kelancaran dan langkah antisipasi banjir kota,” jelasnya.
Kondisi itu membuat keprihatinan tersendiri bagi warga Surabaya. Sebab, kemajuan kota yang pesat tak diimbangi dengan penyediaan lapangan pekerjaan yang cukup.
“Kita malu dengan angka pengangguran sebesar itu. Kota ini adalah kota besar dengan APBD yang lebih dari Rp5,7 triliun,” ujar Ketua Komisi C DPRD Surabaya Sachiroel Alim Anwar, Minggu (21/7/2013).
Ia melanjutkan, ada juga tambahan pengangguran dari kalangan perempuan. Jumlah ibu rumah tangga yang tidak bekerja sebesar 542.998 orang dan pelajar atau mahasiswa 462.738 orang. Jumlah seluruhnya sekitar 1,7 juta orang. Sehingga lebih dari separuh penduduk Surabaya ini belum bisa dikategorikan mandiri dan masih bergantung pada orang lain.
Sachiroel juga menjelaskan, potensi masyarakat yang tidak bekerja ini cukup besar. Karena itu, Sachiroel meminta kepada pemkot untuk memberikan suntikan dana atau stimulasi pemberdayaan masyarakat. Apakah itu dikerjakan pemkot atau yang lain. Sehingga masyarakat yang tidak bekerja bisa mandiri di lingkungan sekitarnya.
“Kondisi seperti ini sebenarnya sudah terjadi sejak 2010 lalu, namun hingga sekarang angka pengangguran masih belum banyak mengalami penurunan,” tegasnya.
Sementara itu, kini pemkot mengisi kekosongan pekerja atau memberdayakan pengangguran. Mulai tahun ini, lulusan sekolah menengah kejuruan (SMK) diperkerjakan untuk menjaga rumah pompa.
Kepala Badan Kepegawaian dan Diklat (BKD) Kota Surabaya Yayuk Eko Agustin mengatakan, pengajuan tenaga yang diberdayakan di rumah pompa sudah dilakukan tiga tahun lalu. Namun, pengisian tenaga pada ujung tombak layanan publik itu belum juga disetujui. Untungnya banyak lulusan SMK yang siap kerja. Mereka memiliki skill yang memadai untuk ditempatkan di rumah pompa.
Dia melanjutkan, keberadaan rumah pompa memiliki andil besar dalam peningkatan layanan publik di Surabaya. Salah satunya tentang layanan publik yang mengatur langkah antisipasi banjir kota. Karena itu, keberadaan penjaga rumah pompa begitu besar artinya bagi kota Pahlawan ini. “Meskipun tak ada perekrutan PNS baru, tapi ada tenaga kerja lain yang bisa dimaksimalkan,” jelasnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga dan Pematusan (DPUBMP) Kota Surabaya Erna Purnawati mengatakan, saat ini jumlah rumah pompa yang ada di Surabaya sebanyak 64 unit. Jumlah itu tetap dirasa kurang, karena kawasan Surabaya cukup luas dan banyak saluran air yang langsung menuju ke laut.
Mengingat atas kondisi itu Pemkot terus berupaya menambah jumlah pompa airnya dengan berbagai cara. Selain membuat pengadaan pompa baru juga meminta bantu provinsi atau pusat untuk pengadaan pintu air tersebut. “Dari puluhan rumah pompa itu, kami membutuhkan penjaga di sana. Ini untuk kelancaran dan langkah antisipasi banjir kota,” jelasnya.
(gpr)