7,86 Juta Orang Indonesia Nganggur, Pengamat UI: Isu Serius dan Butuh Perhatian
loading...
A
A
A
JAKARTA - Jumlah penggangguran di Indonesia yang diumumkan Badan Pusat Statistik ( BPS ) sebanyak 7,86 juta orang pada Agustus 2023 merupakan isu yang serius dan membutuhkan perhatian dari berbagai pihak, terutama pemerintah. Untuk mengatasi masalah ini, maka pemerintah perlu melakukan perencanaan dan kebijakan ekonomi yang lebih efektif untuk merangsang pertumbuhan ekonomi yang nantinya akan menciptakan lapangan kerja baru.
"Kebijakan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan ini dapat mengurangi angka pengangguran, termasuk meningkatkan keterampilan dan pelatihan sesuai dengan tuntutan pasar kerja, pengembangan sektor ekonomi baru, peningkatan investasi dalam industri kreatif, teknologi, dan sektor pertanian yang modern. Semua itu dapat menjadi salah satu langkah yang efektif untuk kemudian menekan pengangguran," kata Ima Mayasari, pengamat kebijakan publik UI, dalam acara Market Review hari ini, Selasa (7/11/2023).
Selain itu, Ima juga mempertanyakan peran pemerintah untuk peningkatan akses terhadap modal. Ia menilai pemerintah perlu membantu wirausahawan lokal dan usaha kecil menengah untuk mendapatkan akses terhadap modal dan hubungan finansial guna mendorong pertumbuhan ekonomi dan menciptakan lapangan kerja baru.
Ima juga berpandangan, pentingnya kolaborasi dan kerja sama pemerintah dengan sektor swasta yang kemudian mampu meningkatkan upaya untuk menciptakan lapangan kerja baru dan kemudian mengurangi angka pengangguran.
Badan Pusat Statistik melaporkan bahwa ada 212,59 juta penduduk usia kerja pada Agustus 2023. Sebanyak 147,71 juta orang di antaranya merupakan angkatan kerja.
"Namun, sebanyak 7,86 juta orang atau 5,32% dari total angkatan kerja pada Agustus 2023 merupakan pengangguran," kata Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti.
Dia menyebutkan, jumlah pengangguran tersebut turun sebanyak 0,56 juta orang dibandingkan Agustus 2022. "Meskipun terus menurun, jumlah dan persentase pengangguran masih lebih tinggi dibandingkan sebelum pandemi," terangnya.
Amalia juga mencatat tiga lapangan usaha dengan jumlah tenaga kerja terbanyak adalah pertanian, perdagangan, dan industri pengolahan. "Sementara lapangan usaha penyerap tenaga kerja terbanyak adalah akomodasi dan makan minum, konstruksi, dan pertanian," pungkas Amalia.
"Kebijakan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan ini dapat mengurangi angka pengangguran, termasuk meningkatkan keterampilan dan pelatihan sesuai dengan tuntutan pasar kerja, pengembangan sektor ekonomi baru, peningkatan investasi dalam industri kreatif, teknologi, dan sektor pertanian yang modern. Semua itu dapat menjadi salah satu langkah yang efektif untuk kemudian menekan pengangguran," kata Ima Mayasari, pengamat kebijakan publik UI, dalam acara Market Review hari ini, Selasa (7/11/2023).
Selain itu, Ima juga mempertanyakan peran pemerintah untuk peningkatan akses terhadap modal. Ia menilai pemerintah perlu membantu wirausahawan lokal dan usaha kecil menengah untuk mendapatkan akses terhadap modal dan hubungan finansial guna mendorong pertumbuhan ekonomi dan menciptakan lapangan kerja baru.
Ima juga berpandangan, pentingnya kolaborasi dan kerja sama pemerintah dengan sektor swasta yang kemudian mampu meningkatkan upaya untuk menciptakan lapangan kerja baru dan kemudian mengurangi angka pengangguran.
Badan Pusat Statistik melaporkan bahwa ada 212,59 juta penduduk usia kerja pada Agustus 2023. Sebanyak 147,71 juta orang di antaranya merupakan angkatan kerja.
"Namun, sebanyak 7,86 juta orang atau 5,32% dari total angkatan kerja pada Agustus 2023 merupakan pengangguran," kata Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti.
Dia menyebutkan, jumlah pengangguran tersebut turun sebanyak 0,56 juta orang dibandingkan Agustus 2022. "Meskipun terus menurun, jumlah dan persentase pengangguran masih lebih tinggi dibandingkan sebelum pandemi," terangnya.
Amalia juga mencatat tiga lapangan usaha dengan jumlah tenaga kerja terbanyak adalah pertanian, perdagangan, dan industri pengolahan. "Sementara lapangan usaha penyerap tenaga kerja terbanyak adalah akomodasi dan makan minum, konstruksi, dan pertanian," pungkas Amalia.
(uka)