Pertumbuhan perbankan DIY melambat
A
A
A
Sindonews.com – Pertumbuhan industri perbankan di Kota Yogyakarta pada semester I/2013 terlihat melambat dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Turunnya pertumbuhan industri perbankan dipengaruhi melambatnya pertumbuhan nasional, yang juga melambat.
Asisten Direktur Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPBI) DIY Djoko Raharto mengatakan, melambatnya industri perbankan bisa dilihat dari kemampuan perbankkan dalam menghimpun dana pihak ketiga maupun dalam pencairan kredit.
“Meskipun DPk dan kreditnya melambat, tetapi stabilitas perbankan masih terjaga baik dari sisi likuiditas maupun risiko kreditnya," kata Djoko di Yogyakarta, Senin (22/7/2013).
Pada Mei, realisasi kredit yang disalurkan perbankan DIY sebesar Rp23,2 triliun atau hanya tumbuh 6,2 persen. Padahal pada periode yang sama tahun lalu pertumbuhannya mencapai 7,2 persen.
Realisasi dana pihak ketiga juga hanya mampu menghimpun Rp36,1 triliun atau tubuh 3,7 persen. Posisi Mei 2012 mampu tumbuh 6,4 persen. Dengan perkembangan rasio kredit bermasalah atau loan deposit ratio (LDR) perbankan di DIY tercatat 64,1 persen.
“Ambang batas kredit bermasalah berhasil diturunkan dari NPL tahun sebelumnya,” tuturnya.
Perlambatan kredit terutama terjadi pada sektor kredit modal kerja, yang hanya tumbuh 3,76 persen. Sedangkan kredit investasi relatif stabil dan kredit konsumsi tumbuh lebih tinggi.
Perlambatan kredit modal kerja ini, dipengaruhi perlambatan pertumbuhan ekonomi sebagai pengaruh kredit internal dan eksternal. Di samping itu, juga akrena suku bunga punjaman meningkat di tengah kondisi pengetatan moneter.
Dari sisi DPK, perlambatan terjadi pada penurunan outstanding giro dan tabungan. Sedangkan simpanan dan deposito meningkat cukup signifikan.
“Pengetatan kebijakan moneter dan pasar saham yang tertekan menjadikan deposito sebagain instrumen investasi menarik,” ujarnya.
Direktur PD BPR Bank Pasar Kulonprogo Fahmi Akbar Idries, mengatakan bahwa melambatnya pertumbuhan perbankan tidak terjadi di semua bank. Di Bank pasar misalnya, kreditnya justru mampu tumbuh dan di atas capaian tahun lalu.
“Kalau kredit kita tumbuh, tetapi angkanya saya lupa,” jelas Fahmi.
Asisten Direktur Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPBI) DIY Djoko Raharto mengatakan, melambatnya industri perbankan bisa dilihat dari kemampuan perbankkan dalam menghimpun dana pihak ketiga maupun dalam pencairan kredit.
“Meskipun DPk dan kreditnya melambat, tetapi stabilitas perbankan masih terjaga baik dari sisi likuiditas maupun risiko kreditnya," kata Djoko di Yogyakarta, Senin (22/7/2013).
Pada Mei, realisasi kredit yang disalurkan perbankan DIY sebesar Rp23,2 triliun atau hanya tumbuh 6,2 persen. Padahal pada periode yang sama tahun lalu pertumbuhannya mencapai 7,2 persen.
Realisasi dana pihak ketiga juga hanya mampu menghimpun Rp36,1 triliun atau tubuh 3,7 persen. Posisi Mei 2012 mampu tumbuh 6,4 persen. Dengan perkembangan rasio kredit bermasalah atau loan deposit ratio (LDR) perbankan di DIY tercatat 64,1 persen.
“Ambang batas kredit bermasalah berhasil diturunkan dari NPL tahun sebelumnya,” tuturnya.
Perlambatan kredit terutama terjadi pada sektor kredit modal kerja, yang hanya tumbuh 3,76 persen. Sedangkan kredit investasi relatif stabil dan kredit konsumsi tumbuh lebih tinggi.
Perlambatan kredit modal kerja ini, dipengaruhi perlambatan pertumbuhan ekonomi sebagai pengaruh kredit internal dan eksternal. Di samping itu, juga akrena suku bunga punjaman meningkat di tengah kondisi pengetatan moneter.
Dari sisi DPK, perlambatan terjadi pada penurunan outstanding giro dan tabungan. Sedangkan simpanan dan deposito meningkat cukup signifikan.
“Pengetatan kebijakan moneter dan pasar saham yang tertekan menjadikan deposito sebagain instrumen investasi menarik,” ujarnya.
Direktur PD BPR Bank Pasar Kulonprogo Fahmi Akbar Idries, mengatakan bahwa melambatnya pertumbuhan perbankan tidak terjadi di semua bank. Di Bank pasar misalnya, kreditnya justru mampu tumbuh dan di atas capaian tahun lalu.
“Kalau kredit kita tumbuh, tetapi angkanya saya lupa,” jelas Fahmi.
(rna)