Wisman mulai hengkang, Bali butuh wisata terpadu
A
A
A
Sindonews.com - Pulau Bali harus cepat berbenah setelah adanya sorotan kemacetan parah yang membuat banyak wisatawan mancanegara (wisman) hengkang. Kini perlu terobosan untuk menarik wisatawan, salah satunya lewat wisata terpadu.
Gagasan mencontek wisata terpadu layaknya Pulau Santosa, Singapura, mulai memikat hati para politisi di Bali. Bahkan, ketika PT Tirta Wahana Bali Internasional (TWBI) yang mengantongi izin gubernur untuk mereklamasi Pulau Pudut di Tanjung Benoa Kabupaten Badung, sikap masyarakat dan politisi mulai terbelah. Yakni ada yang mendukung tak sedikit yang kontra.
Bagi Ketua DPD Partai Demokrat Bali, Made Mudarta mengatakan, wacana reklamasi untuk wisata terpadu di Tanjung Benoa itu hendaknya disikapi hati-hati berdasar kajian matang.
Saat ini, masih dilakukan kajian oleh UNUD sebagai lembaga ilmiah yang mengedepankan obyektivitas. Sehingga harus dihormati karena saat ini muncul kontroversi. Maka dia sepakat perlunya kajian secara independen dan profesional sebagai pembanding.
"Ke depan kalau dibiayai APBD justru lebih bagus untuk kepentingan masyarakat. Yang berbahaya ketika kajian itu dibiayai calon investor," tutur Mudarta, Senin (22/7/2013).
Dia mengungkapkan, sikap partainya belum pada menolak atau menerima rencana reklamasi tersebut karena harus tetap menunggu hasil kajian para ahli di bidangnya.
Sebab, kalau menolak harus jelas apa alasan pertimbangannya, demikian juga sebaliknya. Sehingga pihaknya lebih bersikap menunggu hasil kajian pembanding para ahli reklamasi.
Sementara, Sekretaris Komisi I DPRD Bali, Dewa Nyoman Rai menegaskan, bawha ke depan Bali membutuhkan zona wisata terpadu layaknya Pulau Santosa.
Rai secara terang-terangan berharap kelak jika Pulau Pudut direklamasi bisa meniru Pulau Santosa, namun tetap menjaga melestarikan sendi-sendi masyarakat Bali yakni adat, budaya dan agama Hindu.
Perlunya terobosan wisata di Bali cukup beralasan, sebab dia melihat adanya pergeseran destinasi wisata dunia yang tidak lagi bersandar di Pulau Dewata. Masalahnya, sekarang posisi Bali mulai digeser Afrika Selatan lantaran persoalan kemacetan krodit yang membuat wisatawan mancanegara hengkang.
Meskipun sudah ada solusi mengatasi kemacetan seperti jalan Under Pass dan Jalan di atas Perairan (Tol), namun Bali sudah terlanjur ditinggalkan wisatawan asing sehingga perlu solusi dan terobosan baru.
"Salah satunya, destinasi wisata terpadu di lahan reklamasi Pulau Pudut nantinya bisa jadi daya tarik wisatawan asing dan domestik," pungkas dia.
Gagasan mencontek wisata terpadu layaknya Pulau Santosa, Singapura, mulai memikat hati para politisi di Bali. Bahkan, ketika PT Tirta Wahana Bali Internasional (TWBI) yang mengantongi izin gubernur untuk mereklamasi Pulau Pudut di Tanjung Benoa Kabupaten Badung, sikap masyarakat dan politisi mulai terbelah. Yakni ada yang mendukung tak sedikit yang kontra.
Bagi Ketua DPD Partai Demokrat Bali, Made Mudarta mengatakan, wacana reklamasi untuk wisata terpadu di Tanjung Benoa itu hendaknya disikapi hati-hati berdasar kajian matang.
Saat ini, masih dilakukan kajian oleh UNUD sebagai lembaga ilmiah yang mengedepankan obyektivitas. Sehingga harus dihormati karena saat ini muncul kontroversi. Maka dia sepakat perlunya kajian secara independen dan profesional sebagai pembanding.
"Ke depan kalau dibiayai APBD justru lebih bagus untuk kepentingan masyarakat. Yang berbahaya ketika kajian itu dibiayai calon investor," tutur Mudarta, Senin (22/7/2013).
Dia mengungkapkan, sikap partainya belum pada menolak atau menerima rencana reklamasi tersebut karena harus tetap menunggu hasil kajian para ahli di bidangnya.
Sebab, kalau menolak harus jelas apa alasan pertimbangannya, demikian juga sebaliknya. Sehingga pihaknya lebih bersikap menunggu hasil kajian pembanding para ahli reklamasi.
Sementara, Sekretaris Komisi I DPRD Bali, Dewa Nyoman Rai menegaskan, bawha ke depan Bali membutuhkan zona wisata terpadu layaknya Pulau Santosa.
Rai secara terang-terangan berharap kelak jika Pulau Pudut direklamasi bisa meniru Pulau Santosa, namun tetap menjaga melestarikan sendi-sendi masyarakat Bali yakni adat, budaya dan agama Hindu.
Perlunya terobosan wisata di Bali cukup beralasan, sebab dia melihat adanya pergeseran destinasi wisata dunia yang tidak lagi bersandar di Pulau Dewata. Masalahnya, sekarang posisi Bali mulai digeser Afrika Selatan lantaran persoalan kemacetan krodit yang membuat wisatawan mancanegara hengkang.
Meskipun sudah ada solusi mengatasi kemacetan seperti jalan Under Pass dan Jalan di atas Perairan (Tol), namun Bali sudah terlanjur ditinggalkan wisatawan asing sehingga perlu solusi dan terobosan baru.
"Salah satunya, destinasi wisata terpadu di lahan reklamasi Pulau Pudut nantinya bisa jadi daya tarik wisatawan asing dan domestik," pungkas dia.
(izz)