Truk perkebunan dan pertambangan siapa gunakan gas
A
A
A
Sindonews.com - Untuk mendukung konversi Bahan Bakar Minbyak (BBM) ke bahan bakar gas (BBG), terutama untuk perkebunan dan pertambangan, pemerintah bekerja sama dengan KKKS dan swasta akan membangun dan menyediakan SPBG serta gas di wilayah timur Sumatera.
Seperti dikutip dari situs resmi Kementerian ESDM, Senin (22/7/2013), Wakil Menteri ESDM, Susilo Siswoutomo mengatakan, PT Medco E&P telah menyanggupi akan membangun SPBG di Muara Enim untuk memudahkan kendaraan perkebunan dan pertambangan membeli BBG.
Sementara, PT Sinar Mas akan mengonversi sekitar 1.000 truknya yang semula menggunakan BBM ke BBG. Menurut dia, truk-truk pertambangan dan perkebunan akan didorong menggunakan BBG.
Karena, lanjut dia, pada kenyataannya penyalahgunaan BBM banyak terjadi di pertambangan dan perkebunan. "Dengan menggunakan gas, kita harapkan jumlah BBM bisa dikontrol," kata Susilo.
Menurutnya, pemerintah bersungguh-sungguh mendorong kebijakan konversi BBM ke BBG, mengingat produksi minyak yang semakin berkurang. Sementara, gas masih berlimpah. Selain itu, konversi juga bertujuan menekan subsidi BBM.
Saat ini, kata Susilo, kebutuhan BBM Indonesia sebanyak 1,4 juta barel per hari. Padahal produksi minyak hanya 850 ribu juta barel. Untuk memenuhi kebutuhan, pemerintah terpaksa melakukan impor minyak mentah dan BBM.
Pihaknya memperkirakan pada tahun depan, sejalan dengan peningkatan konsumsi BBM 8 persen per tahun, kebutuhan BBM dapat mencapai 1,6 juta barel per hari. "Pemerintah berupaya mengurangi impor tersebut dengan melakukan konversi BBM ke BBG," pungkas dia.
Seperti dikutip dari situs resmi Kementerian ESDM, Senin (22/7/2013), Wakil Menteri ESDM, Susilo Siswoutomo mengatakan, PT Medco E&P telah menyanggupi akan membangun SPBG di Muara Enim untuk memudahkan kendaraan perkebunan dan pertambangan membeli BBG.
Sementara, PT Sinar Mas akan mengonversi sekitar 1.000 truknya yang semula menggunakan BBM ke BBG. Menurut dia, truk-truk pertambangan dan perkebunan akan didorong menggunakan BBG.
Karena, lanjut dia, pada kenyataannya penyalahgunaan BBM banyak terjadi di pertambangan dan perkebunan. "Dengan menggunakan gas, kita harapkan jumlah BBM bisa dikontrol," kata Susilo.
Menurutnya, pemerintah bersungguh-sungguh mendorong kebijakan konversi BBM ke BBG, mengingat produksi minyak yang semakin berkurang. Sementara, gas masih berlimpah. Selain itu, konversi juga bertujuan menekan subsidi BBM.
Saat ini, kata Susilo, kebutuhan BBM Indonesia sebanyak 1,4 juta barel per hari. Padahal produksi minyak hanya 850 ribu juta barel. Untuk memenuhi kebutuhan, pemerintah terpaksa melakukan impor minyak mentah dan BBM.
Pihaknya memperkirakan pada tahun depan, sejalan dengan peningkatan konsumsi BBM 8 persen per tahun, kebutuhan BBM dapat mencapai 1,6 juta barel per hari. "Pemerintah berupaya mengurangi impor tersebut dengan melakukan konversi BBM ke BBG," pungkas dia.
(izz)