Darurat, Pertamina tutup jalur pipa Tempino-Plaju
A
A
A
Sindonews.com - Pertamina telah menetapkan status darurat untuk ruas pipa minyak baru Tempino-Plaju setelah kembali terjadi penjarahan dengan rata-rata losses hingga 18 persen. Bahkan telah menyentuh angka 39 persen dari sekitar 12 ribu barel per hari minyak yang dialirkan.
Jalur pipa minyak Tempino-Plaju yang dikelola PT Pertagas, anak perusahaan PT Pertamina (Persero), dioperasikan secara komersial sejak 17 Juli 2013 setelah melalui masa pra dan commissioning sejak 9 Juli 2013. Jalur pipa tersebut menggantikan pipa lama yang tidak aman untuk dioperasikan, karena terlalu banyak mengalami kerusakan akibat aksi illegal tapping.
"Pada masa pre commissioning dan commissioning selama sekitar 8 hari, sempat muncul harapan aksi penjarahan benar-benar akan berhenti karena tingkat losses dapat dikatakan hampir tidak ada. Namun, begitu pipa dioperasikan secara komersial, losses kemudian terjadi dan terus meningkat bahkan mencapai 5.000 barel per hari," kata VP Corporate Communication Pertamina Ali Mundakir dalam rilisnya, Kamis (25/7/2013).
Menurutnya, dalam sepekan, pihaknya kehilangan minyak hingga 17.500 barel atau setara dengan Rp17,5 miliar. Jika kehilangan dihitung dari 1 Januari hingga 23 Juli 2013, nilai kerugian telah mencapai sekitar Rp280 miliar.
"Tren penjarahan ini berlangsung sejak pertengahan 2011 dan kami telah melaporkan kepada pihak berwajib. Untuk tahun ini sudah 126 berkas laporan kami tandatangani di Kepolisian," kata Ali.
Dia mengatakan, untuk mengurangi dampak kerugian negara atas kehilangan minyak, Pertagas telah menghentikan pemompaan minyak dari Tempino menuju Plaju. Menurut dia, langkah tersebut merupakan langkah darurat yang memberikan konsekuensi berantai baik ke sektor hulu maupun pengolahan.
Pihaknya menilai, hal ini menjadi status emergency karena dengan penghentian kegiatan pemompaan tersebut. Artinya, produksi minyak dari Tempino, Bajubang, Kanali Asam, dan Bentayan akan berkurang dan pada akhirnya pasokan minyak mentah menuju Kilang RU III Plaju juga berkurang.
Sehingga, kata Ali, dapat berpengaruh pada persediaan BBM untuk wilayah Sumatera bagian Selatan. Namun, apabila pemompaan dilakukan juga percuma karena minyak akan habis di tengah jalan tanpa dapat dicegah.
"Beberapa titik pipa di sepanjang jalur KM 265 s.d KM 139 mengalami pressure loss besar, bahkan pada Titik KM 174 pressure sempat nol," katanya.
Kondisi dua hari terakhir ini sangat memprihatinkan dan membahayakan operasi. Sehingga penghentian operasi dan stop produksi terpaksa dilakukan sampai kondisi memungkinkan.
Jalur pipa minyak Tempino-Plaju yang dikelola PT Pertagas, anak perusahaan PT Pertamina (Persero), dioperasikan secara komersial sejak 17 Juli 2013 setelah melalui masa pra dan commissioning sejak 9 Juli 2013. Jalur pipa tersebut menggantikan pipa lama yang tidak aman untuk dioperasikan, karena terlalu banyak mengalami kerusakan akibat aksi illegal tapping.
"Pada masa pre commissioning dan commissioning selama sekitar 8 hari, sempat muncul harapan aksi penjarahan benar-benar akan berhenti karena tingkat losses dapat dikatakan hampir tidak ada. Namun, begitu pipa dioperasikan secara komersial, losses kemudian terjadi dan terus meningkat bahkan mencapai 5.000 barel per hari," kata VP Corporate Communication Pertamina Ali Mundakir dalam rilisnya, Kamis (25/7/2013).
Menurutnya, dalam sepekan, pihaknya kehilangan minyak hingga 17.500 barel atau setara dengan Rp17,5 miliar. Jika kehilangan dihitung dari 1 Januari hingga 23 Juli 2013, nilai kerugian telah mencapai sekitar Rp280 miliar.
"Tren penjarahan ini berlangsung sejak pertengahan 2011 dan kami telah melaporkan kepada pihak berwajib. Untuk tahun ini sudah 126 berkas laporan kami tandatangani di Kepolisian," kata Ali.
Dia mengatakan, untuk mengurangi dampak kerugian negara atas kehilangan minyak, Pertagas telah menghentikan pemompaan minyak dari Tempino menuju Plaju. Menurut dia, langkah tersebut merupakan langkah darurat yang memberikan konsekuensi berantai baik ke sektor hulu maupun pengolahan.
Pihaknya menilai, hal ini menjadi status emergency karena dengan penghentian kegiatan pemompaan tersebut. Artinya, produksi minyak dari Tempino, Bajubang, Kanali Asam, dan Bentayan akan berkurang dan pada akhirnya pasokan minyak mentah menuju Kilang RU III Plaju juga berkurang.
Sehingga, kata Ali, dapat berpengaruh pada persediaan BBM untuk wilayah Sumatera bagian Selatan. Namun, apabila pemompaan dilakukan juga percuma karena minyak akan habis di tengah jalan tanpa dapat dicegah.
"Beberapa titik pipa di sepanjang jalur KM 265 s.d KM 139 mengalami pressure loss besar, bahkan pada Titik KM 174 pressure sempat nol," katanya.
Kondisi dua hari terakhir ini sangat memprihatinkan dan membahayakan operasi. Sehingga penghentian operasi dan stop produksi terpaksa dilakukan sampai kondisi memungkinkan.
(izz)