Ini saran ekonom perkuat rupiah
A
A
A
Sindonews.com - Kepala Ekonom Danareksa Research Institute, Purbaya Yudhi Sadewa menyarankan agar pemerintah menjaga pertumbuhan ekonomi di dua sisi, yaitu fiskal dan moneter untuk memperkuat nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD)
Dia meyakini apabila pemerintah fokus menjaga pertumbuhan fiskal dan moneter bersamaan, maka nilai tukar rupiah terhadap USD akan menguat dengan sendirinya.
"Fokus saja, jaga pertumbuhan ekonomi di dua sisi, fiskal dan moneter. Nanti rupiahnya juga akan menguat sesuai fundamental," ujarnya di gedung Kementerian Koordinator bidang Perekonomian, Jakarta, Jumat (26/7/2013) malam.
Walaupun nilai tukar rupiah berada di kisaran Rp10.200 per dolar, Purbaya masih belum bisa memperediksikan apakah ke depannya rupiah akan menembus angka yang sudah ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) 2013 sebesar Rp9.700 per USD karena rupiah sempat berada di kisaran Rp9.500 per USD pada awal tahun ini.
"Kalau ke depan menguat lagi ke Rp9.600-9.700 per USD, rasanya nggak akan jauh-jauh melesetnya. Namun, dengan catatan kalau Bank Sentral dan pemerintah melakukan kebijakan yang betul," jelasnya.
Purbaya juga memperkirakan bahwa perlambatan ekonomi ditambah dengan penerimaan pajak yang menurun serta pendapatan badan usaha milik negara (BUMN), yang juga tergerus pada tahun ini akan memberi dampak lebih besar terhadap ekonomi dan posisi rupiah.
"Kalau rupiah melemah saja gampang hitungnya. Tapi kalau ditambah dengan pelemahan ekonomi karena respon kebijakan yang mengetatkan moneter ditambah pendapatan pajak dan pendapatan BUMN yang juga menurun akan membuat ekonomi semakin melambat," pungkasnya.
Dia meyakini apabila pemerintah fokus menjaga pertumbuhan fiskal dan moneter bersamaan, maka nilai tukar rupiah terhadap USD akan menguat dengan sendirinya.
"Fokus saja, jaga pertumbuhan ekonomi di dua sisi, fiskal dan moneter. Nanti rupiahnya juga akan menguat sesuai fundamental," ujarnya di gedung Kementerian Koordinator bidang Perekonomian, Jakarta, Jumat (26/7/2013) malam.
Walaupun nilai tukar rupiah berada di kisaran Rp10.200 per dolar, Purbaya masih belum bisa memperediksikan apakah ke depannya rupiah akan menembus angka yang sudah ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) 2013 sebesar Rp9.700 per USD karena rupiah sempat berada di kisaran Rp9.500 per USD pada awal tahun ini.
"Kalau ke depan menguat lagi ke Rp9.600-9.700 per USD, rasanya nggak akan jauh-jauh melesetnya. Namun, dengan catatan kalau Bank Sentral dan pemerintah melakukan kebijakan yang betul," jelasnya.
Purbaya juga memperkirakan bahwa perlambatan ekonomi ditambah dengan penerimaan pajak yang menurun serta pendapatan badan usaha milik negara (BUMN), yang juga tergerus pada tahun ini akan memberi dampak lebih besar terhadap ekonomi dan posisi rupiah.
"Kalau rupiah melemah saja gampang hitungnya. Tapi kalau ditambah dengan pelemahan ekonomi karena respon kebijakan yang mengetatkan moneter ditambah pendapatan pajak dan pendapatan BUMN yang juga menurun akan membuat ekonomi semakin melambat," pungkasnya.
(rna)