Laba bersih BRI capai Rp10 triliun di semester I/2013
A
A
A
Sindonews.com - PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) terus mencatatkan tren pertumbuhan yang sangat positif. Perseroan membukukan laba bersih sebesar Rp10,012 triliun sepanjang semester pertama tahun ini.
Direktur Keuangan BBRI, Achmad Baiquini mengatakan, pertumbuhan kredit tercatat mencapai 28.5 persen secara dibandingkan periode sama tahun lalu. Perseroan mencatatkan nilai kredit mencapai Rp391,77 triliun hingga akhir Juni tahun lalu.
Penyaluran kredit yang tinggi tersebut juga dibarengi dengan penjagaan kualitas kredit, yang tercermin dari tingkat kredit bermasalah (NPL) yang terjaga di level 0.41 persen (nett). Nilai ini menurun dari tingkat NPL dari periode sama tahun sebelumnya yang mencapai 0.55 persen (nett).
"Ini tahun ketujuh kami mencatat laba terbesar. Kedepan kami akan fokus meningkatkan dana pihak ketiga (DPK) supaya menjadi yang terbesar. Strateginya dengan terus mengembangkan pendekatan online dengan pengembangan IT," ujar Achmad dalam jumpa persnya di Jakarta, Selasa (30/7/2013).
Dia juga mengatakan, bisnis mikro BRI juga terus memperlihatkan momentum pertumbuhan yang menggembirakan. Kredit mikro BRI dalam periode yang sama tumbuh sebesar 26.4 persen (nett) yoy, mencapai Rp122,08 triliun, atau meningkat sebesar Rp25,49 triliun.
Dengan pengetahuan yang mendalam tentang karakteristik bisnis mikro, pertumbuhan yang tinggi tersebut dapat dibarengi dengan penjagaan kualitas kredit, seperti tercermin dari tingkat NPL kredit mikro yang sebesar 0.46 persen (nett).
Pertumbuhan kredit mikro BRI tidak hanya menghasilkan peningkatan outstanding pinjaman, tetapi juga menghasilkan peningkatan jumlah nasabah.
"Hingga akhir Juni 2013, jumlah debitur mikro BRI mencapai 5,9 juta orang. Sebagai catatan, kontribusi kredit mikro BRI dalam portofolio kredit BRI terus meningkat dalam lima tahun terakhir," ujarnya.
Dengan pertumbuhan bisnis mikro, yang disertai dengan mulai bertumbuhnya segmen kredit kecil dan menengah, maka komitmen BRI untuk terus mengembangkan segmen Mikro, Kecil dan Menengah (MKM) di Indonesia sangat kuat, seperti yang tercermin dari dominasi kredit MKM dalam portofolio BRI yang mencapai 73.2 persen dari total kredit.
"Dari sisi pendanaan perseroan juga berhasil meningkatkan Dana Pihak Ketiga (DPK) mencapai Rp439 triliun atau tumbuh 18,3 persen dari tahun lalu. Perolehan DPK didominasi oleh nasabah ritel, seperti yang terlihat dari jumlah rekening simpanan yang per akhir Juni 2013 mencapai sekitar 37 juta rekening," ujarnya.
Selain itu, pemasukan dari fee based income juga menunjukkan hasil penting dari transformasi bisnis dengan pertumbuhan yang menggembirakan. Peningkatan fee based income merupakan hasil dari pengembangan layanan e-banking BRI beserta e-channel-nya secara terus menerus.
Fee based income BRI meningkat 22.6 persen dibandingkan tahun lalu, dengan pertumbuhan tertinggi terjadi pada transaksi e-banking yang tumbuh sebesar 72.2 persen.
Selain transaksi e banking, pertumbuhan fee based income BRI juga berasal dari fee yang diperoleh dari trade finance, yang dalam kurun waktu yang sama tumbuh sebesar 70,7 persen. Pesatnya pertumbuhan trade finance merupakan salah satu hasil trickle down business dari segmen korporasi BRI.
"Keberhasilan BRI untuk terus mengembangkan fee based income-nya tidak terlepas dari pengembangan infrastruktur IT dan fitur e-banking yang sampai saat ini mencapai 250 fitur, disertai dengan ekspansi e-channel dan outlet yang bertujuan meningkatkan dan mempermudah akses masyarakat kepada layanan perbankan," ujarnya.
Direktur Keuangan BBRI, Achmad Baiquini mengatakan, pertumbuhan kredit tercatat mencapai 28.5 persen secara dibandingkan periode sama tahun lalu. Perseroan mencatatkan nilai kredit mencapai Rp391,77 triliun hingga akhir Juni tahun lalu.
Penyaluran kredit yang tinggi tersebut juga dibarengi dengan penjagaan kualitas kredit, yang tercermin dari tingkat kredit bermasalah (NPL) yang terjaga di level 0.41 persen (nett). Nilai ini menurun dari tingkat NPL dari periode sama tahun sebelumnya yang mencapai 0.55 persen (nett).
"Ini tahun ketujuh kami mencatat laba terbesar. Kedepan kami akan fokus meningkatkan dana pihak ketiga (DPK) supaya menjadi yang terbesar. Strateginya dengan terus mengembangkan pendekatan online dengan pengembangan IT," ujar Achmad dalam jumpa persnya di Jakarta, Selasa (30/7/2013).
Dia juga mengatakan, bisnis mikro BRI juga terus memperlihatkan momentum pertumbuhan yang menggembirakan. Kredit mikro BRI dalam periode yang sama tumbuh sebesar 26.4 persen (nett) yoy, mencapai Rp122,08 triliun, atau meningkat sebesar Rp25,49 triliun.
Dengan pengetahuan yang mendalam tentang karakteristik bisnis mikro, pertumbuhan yang tinggi tersebut dapat dibarengi dengan penjagaan kualitas kredit, seperti tercermin dari tingkat NPL kredit mikro yang sebesar 0.46 persen (nett).
Pertumbuhan kredit mikro BRI tidak hanya menghasilkan peningkatan outstanding pinjaman, tetapi juga menghasilkan peningkatan jumlah nasabah.
"Hingga akhir Juni 2013, jumlah debitur mikro BRI mencapai 5,9 juta orang. Sebagai catatan, kontribusi kredit mikro BRI dalam portofolio kredit BRI terus meningkat dalam lima tahun terakhir," ujarnya.
Dengan pertumbuhan bisnis mikro, yang disertai dengan mulai bertumbuhnya segmen kredit kecil dan menengah, maka komitmen BRI untuk terus mengembangkan segmen Mikro, Kecil dan Menengah (MKM) di Indonesia sangat kuat, seperti yang tercermin dari dominasi kredit MKM dalam portofolio BRI yang mencapai 73.2 persen dari total kredit.
"Dari sisi pendanaan perseroan juga berhasil meningkatkan Dana Pihak Ketiga (DPK) mencapai Rp439 triliun atau tumbuh 18,3 persen dari tahun lalu. Perolehan DPK didominasi oleh nasabah ritel, seperti yang terlihat dari jumlah rekening simpanan yang per akhir Juni 2013 mencapai sekitar 37 juta rekening," ujarnya.
Selain itu, pemasukan dari fee based income juga menunjukkan hasil penting dari transformasi bisnis dengan pertumbuhan yang menggembirakan. Peningkatan fee based income merupakan hasil dari pengembangan layanan e-banking BRI beserta e-channel-nya secara terus menerus.
Fee based income BRI meningkat 22.6 persen dibandingkan tahun lalu, dengan pertumbuhan tertinggi terjadi pada transaksi e-banking yang tumbuh sebesar 72.2 persen.
Selain transaksi e banking, pertumbuhan fee based income BRI juga berasal dari fee yang diperoleh dari trade finance, yang dalam kurun waktu yang sama tumbuh sebesar 70,7 persen. Pesatnya pertumbuhan trade finance merupakan salah satu hasil trickle down business dari segmen korporasi BRI.
"Keberhasilan BRI untuk terus mengembangkan fee based income-nya tidak terlepas dari pengembangan infrastruktur IT dan fitur e-banking yang sampai saat ini mencapai 250 fitur, disertai dengan ekspansi e-channel dan outlet yang bertujuan meningkatkan dan mempermudah akses masyarakat kepada layanan perbankan," ujarnya.
(gpr)