Sebulan, pembuat dodol mampu produksi satu ton
A
A
A
Sindonews.com - Pembuat dodol di Depok kebanjiran order saat Ramadan dan Lebaran. Jika pada hari biasa, pembuat dodol hanya memproduksi 50 kilogram untuk sepekan, kini, dalam waktu sehari bisa memproduksi hingga 60 kilogram lebih.
Bahkan jelang Lebaran tahun ini, Rokiyah, salah satu pembuat dodol di Jalan KH Usman, Beji, Depok bisa memproduksi hingga satu ton dodol. Hingga saat ini saja, sudah setengah ton yang terjual. Dan Rokiyah masih harus memproduksi setengah ton lagi.
Produksi dodol dengan label Harum milik Rokiyah sudah dimulai sejak tahun 1990-an. Hingga kini sudah delapan pekerja yang membantunya.
Untuk satu kali produksi, diperlukan 12 liter tepung beras ketan yang dicampur dengan santan, gula merah dan gula putih. Sekali produksi Rokiyah mampu menghasilkan 30 kilogram dodol.
Prosesnya cukup lama, setidaknya diperlukan waktu hingga delapan jam. Itupun tidak langsung bisa dikemas karena harus didiamkan semalam untuk menghilangkan uap panas dalam adonan.
Pelanggannya merata di seluruh Indonesia bahkan hingga luar negeri. "Biasanya untuk oleh-oleh. Saya nggak pakai pengawet, cuma pakai gula putih yang banyak untuk mengawetkan hingga tiga bulan," kata Rokiyah ditemui saat membuat dodol, baru-baru ini.
Dodol yang diproduksi UKM Alam Lestari itu dijual Rp45.000 per kilogram. Kemasan yang tersedia antara lain 250 gram, 500 gram hingga 2,5 kilogram. Namun rata-rata pelanggan dodol Rokiyah memesan dalam ukuran 2,5 kilogram yang digunakan sebagai hantaran Lebaran.
Saat ini, sudah tercatat 100 lebih pelanggan dodol Rokiyah. "Kita mulai produksi jam 04.00 WIB untuk ngejar pesanan yang belum dibuat. Tahun lalu saja sampai 900 kilogram yang habis terjual," ceritanya.
Suryati, pembuat dodol lainnya menuturkan, jumlah konsumennya semakin meningkat setiap tahunnya. Bahkan menjelang Lebaran tahun ini, Suryati terpaksa menolak permintaan beberapa konsumen karena takut tidak sanggup memenuhi pesanan.
Bila di hari biasa Suryati bisa membuat sebanyak 22 kg dodol dalam seminggu, di bulan puasa dia membuat 40 kg dodol setiap hari. "Kalau enggak ditolak mungkin bisa membuat 60 kg tiap hari, tapi saya tidak sanggup," ujarnya.
Rumah dodol Suryati yang terletak di Rt 006/Rw 004, kelurahan Kukusan, Kecamatan Beji, Kota Depok tersebut mengaku tidak pernah memasarkan produknya secara khusus.
"Mungkin promosinya dari mulut ke mulut ya, tapi saya enggak pernah masukin ke toko atau ikut pameran, mereka (konsumen) yang datang ke sini sendiri," tutupnya.
Bahkan jelang Lebaran tahun ini, Rokiyah, salah satu pembuat dodol di Jalan KH Usman, Beji, Depok bisa memproduksi hingga satu ton dodol. Hingga saat ini saja, sudah setengah ton yang terjual. Dan Rokiyah masih harus memproduksi setengah ton lagi.
Produksi dodol dengan label Harum milik Rokiyah sudah dimulai sejak tahun 1990-an. Hingga kini sudah delapan pekerja yang membantunya.
Untuk satu kali produksi, diperlukan 12 liter tepung beras ketan yang dicampur dengan santan, gula merah dan gula putih. Sekali produksi Rokiyah mampu menghasilkan 30 kilogram dodol.
Prosesnya cukup lama, setidaknya diperlukan waktu hingga delapan jam. Itupun tidak langsung bisa dikemas karena harus didiamkan semalam untuk menghilangkan uap panas dalam adonan.
Pelanggannya merata di seluruh Indonesia bahkan hingga luar negeri. "Biasanya untuk oleh-oleh. Saya nggak pakai pengawet, cuma pakai gula putih yang banyak untuk mengawetkan hingga tiga bulan," kata Rokiyah ditemui saat membuat dodol, baru-baru ini.
Dodol yang diproduksi UKM Alam Lestari itu dijual Rp45.000 per kilogram. Kemasan yang tersedia antara lain 250 gram, 500 gram hingga 2,5 kilogram. Namun rata-rata pelanggan dodol Rokiyah memesan dalam ukuran 2,5 kilogram yang digunakan sebagai hantaran Lebaran.
Saat ini, sudah tercatat 100 lebih pelanggan dodol Rokiyah. "Kita mulai produksi jam 04.00 WIB untuk ngejar pesanan yang belum dibuat. Tahun lalu saja sampai 900 kilogram yang habis terjual," ceritanya.
Suryati, pembuat dodol lainnya menuturkan, jumlah konsumennya semakin meningkat setiap tahunnya. Bahkan menjelang Lebaran tahun ini, Suryati terpaksa menolak permintaan beberapa konsumen karena takut tidak sanggup memenuhi pesanan.
Bila di hari biasa Suryati bisa membuat sebanyak 22 kg dodol dalam seminggu, di bulan puasa dia membuat 40 kg dodol setiap hari. "Kalau enggak ditolak mungkin bisa membuat 60 kg tiap hari, tapi saya tidak sanggup," ujarnya.
Rumah dodol Suryati yang terletak di Rt 006/Rw 004, kelurahan Kukusan, Kecamatan Beji, Kota Depok tersebut mengaku tidak pernah memasarkan produknya secara khusus.
"Mungkin promosinya dari mulut ke mulut ya, tapi saya enggak pernah masukin ke toko atau ikut pameran, mereka (konsumen) yang datang ke sini sendiri," tutupnya.
(gpr)