Harta Karun Tanah Jarang di Greenland Jadi Rebutan China dan AS

Rabu, 15 Januari 2025 - 13:19 WIB
loading...
Harta Karun Tanah Jarang...
AS menghalangi penambang tanah jarang Greenland untuk tidak menjual harta harun super langka ke China. Foto/Dok
A A A
JAKARTA - AS (Amerika Serikat) menghalangi penambang logam tanah jarang Greenland untuk tidak menjual harta harun super langka ke China. Laporan itu muncul di tengah meningkatnya desakan Presiden AS terpilih Donald Trump untuk mengakuisisi wilayah yang dikuasai Denmark.

Pejabat AS mendesak agar kelompok mineral berharga yang berbasis di Greenland untuk tidak menjual proyek tanah jarang kepada investor China, seperti diklaim kepala eksekutif perusahaan tersebut. Berbicara kepada Reuters, CEO Tanbreez Mining, Greg Barnes mengkonfirmasi bahwa deposit itu akhirnya dijual ke perusahaan yang berbasis di AS.



Kabar ini mencuat di tengah desakan Presiden AS Donald Trump bahwa Washington harus mengambil alih pulau itu (Greenland), yang kaya akan mineral dan menempati posisi strategis utama di Arktik.

Mengungkap kepada Reuters, Banes menerangkan alasan kenapa para pengembang swasta mempertimbangkan tawaran untuk menjual depositnya di Kringlerne, Greenland Selatan karena kesulitan mendapatkan pendanaan untuk ekstraksi. Ia mencatat, telah menerima menerima sejumlah tawaran untuk proyek tersebut dari perusahaan China.

Namun dia juga mengatakan, bahwa pejabat AS yang mengunjungi proyek itu dua kali tahun lalu, telah berulang kali bersikeras menekan agar tidak menjual deposit mineral Tanah Jarang kepada pembeli yang terkait dengan Beijing.

Menurut eksekutif, dia akhirnya memutuskan untuk menjual harta karun mineral yang tersimpan di dalam Greenland kepada Critical Metals, sebuah perusahaan pengembangan pertambangan yang berbasis di New York. Alasannya karena tawaran dari perusahaan China dan perusahaan lain, tidak memberikan rincian bagaimana mereka akan membayar.

CEO Critical Metals, Tony Sage mengkonfirmasi apa yang disampaikan Barnes, bahwa "ada banyak tekanan untuk tidak menjual ke China". Hingga pada akhirnya, Sage mengklaim, perusahaan dipaksa untuk menerima kesepakatan yang jauh lebih tidak menguntungkan daripada apa yang ditawarkan pembeli China.

Critical Metals membayar Barnes sebesar USD5 juta tunai dan USD211 juta dalam bentuk saham perusahaan.

Baik Sage maupun Barnes tidak mengungkapkan nama-nama pejabat yang mereka temui atau perusahaan China yang mengajukan penawaran. Departemen Luar Negeri AS dan Gedung Putih tidak menanggapi permintaan Reuters untuk mengomentari laporan tersebut, sementara Kementerian Luar Negeri Denmark juga menolak berkomentar.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2025 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1659 seconds (0.1#10.173)