Selama dua pekan, warga Garut susah cari elpiji
A
A
A
Sindonews.com - Masyarakat di sejumlah wilayah Kabupaten Garut kesulitan memperoleh gas elpiji ukuran 3 kg selama dua pekan. Kelangkaan gas elpiji ini pun berimbas pada naiknya harga gas elpiji, yaitu dari Rp16 ribu menjadi Rp25 ribu per tabungnya.
Langkanya tabung sendiri setidaknya telah dimulai sejak satu minggu sebelum Lebaran 2013 lalu. Salah seorang warga Desa Sindanglaya, Kecamatan Karangpawitan, Kabupaten Garut, Nina Herlina, mengaku sulit untuk membeli gas elpiji.
“Sudah cari-cari ke warung dan toko apapun, tidak saya temukan. Di beberapa toko ritel juga tidak ada. Kalau pun ada, harganya jadi Rp25 ribu,” kata Nina, Rabu (14/8/2013).
Hal yang sama diungkapkan Sukiyem, warga Kampung Datar Pasang, Desa Sukanegara, Kecamatan Cisompet, Kabupaten Garut. Kesulitan mendapatkan gas, membuat Sukiyem beralih ke tungku kayu bakar agar dapat memasak.
“Susah sekali mencari gas elpiji. Tapi untungnya saya telah terbiasa menggunakan kayu bakar untuk memasak sebelumnya. Jadi, saya gunakan tungku saja seperti dahulu,” ucapnya.
Seorang pedagang gas eceran di Kampung Warung Tilu, Desa Ciburial, Kecamatan Leles, Imas Nasrimah mengaku pasokan gas ke warungnya di dua pekan ini berkurang drastis. Selama dua pekan ini, dirinya hanya mendapat pasokan gas sebanyak empat tabung saja.
“Padahal biasanya satu kali kirim saya mendapat 33 tabung. Ini baru untuk gas ukuran 3 kg. Sedangkan untuk gas elpiji 12 kg, sama sekali tidak ada alias kosong,” ujarnya.
Menurut Imas, tidak hanya mengalami pengurangan pasokan, harga gas per tabung dari agen distributor pun naik, dari semula Rp15 ribu menjadi Rp23 ribu. Karena alasan inilah, ia terpaksa menaikan harga menjadi Rp25 ribu per tabung.
“Bukan saya yang menaikan harga, tapi memang karena dari agennya sudah dipatok begitu. Saya sendiri tidak mengetahui sampai kapan kondisi pengurangan pasokan dan harga gas seperti ini. Padahal, dari pengalaman Lebaran tahun-tahun sebelumnya, tidak ada kejadian seperti ini,” ungkapnya.
Salah satu agen pemasok gas elpiji di Kecamatan Bayongbong, Muhammad Kiki, 27, mengatakan, kelangkaan gas elpiji disebabkan oleh meningkatnya permintaan masyarakat. Selain itu, sambung dia, suplai elpiji dari Stasiun Pengisian Bulk Elpiji (SPBE) juga mengalami keterlambatan.
Setiap hari, kata dia, agennya hanya mampu memenuhi permintaan konsumen sebanyak 1.120 tabung. “Pasokannya terhambat karena jalanan macet,” katanya.
Langkanya tabung sendiri setidaknya telah dimulai sejak satu minggu sebelum Lebaran 2013 lalu. Salah seorang warga Desa Sindanglaya, Kecamatan Karangpawitan, Kabupaten Garut, Nina Herlina, mengaku sulit untuk membeli gas elpiji.
“Sudah cari-cari ke warung dan toko apapun, tidak saya temukan. Di beberapa toko ritel juga tidak ada. Kalau pun ada, harganya jadi Rp25 ribu,” kata Nina, Rabu (14/8/2013).
Hal yang sama diungkapkan Sukiyem, warga Kampung Datar Pasang, Desa Sukanegara, Kecamatan Cisompet, Kabupaten Garut. Kesulitan mendapatkan gas, membuat Sukiyem beralih ke tungku kayu bakar agar dapat memasak.
“Susah sekali mencari gas elpiji. Tapi untungnya saya telah terbiasa menggunakan kayu bakar untuk memasak sebelumnya. Jadi, saya gunakan tungku saja seperti dahulu,” ucapnya.
Seorang pedagang gas eceran di Kampung Warung Tilu, Desa Ciburial, Kecamatan Leles, Imas Nasrimah mengaku pasokan gas ke warungnya di dua pekan ini berkurang drastis. Selama dua pekan ini, dirinya hanya mendapat pasokan gas sebanyak empat tabung saja.
“Padahal biasanya satu kali kirim saya mendapat 33 tabung. Ini baru untuk gas ukuran 3 kg. Sedangkan untuk gas elpiji 12 kg, sama sekali tidak ada alias kosong,” ujarnya.
Menurut Imas, tidak hanya mengalami pengurangan pasokan, harga gas per tabung dari agen distributor pun naik, dari semula Rp15 ribu menjadi Rp23 ribu. Karena alasan inilah, ia terpaksa menaikan harga menjadi Rp25 ribu per tabung.
“Bukan saya yang menaikan harga, tapi memang karena dari agennya sudah dipatok begitu. Saya sendiri tidak mengetahui sampai kapan kondisi pengurangan pasokan dan harga gas seperti ini. Padahal, dari pengalaman Lebaran tahun-tahun sebelumnya, tidak ada kejadian seperti ini,” ungkapnya.
Salah satu agen pemasok gas elpiji di Kecamatan Bayongbong, Muhammad Kiki, 27, mengatakan, kelangkaan gas elpiji disebabkan oleh meningkatnya permintaan masyarakat. Selain itu, sambung dia, suplai elpiji dari Stasiun Pengisian Bulk Elpiji (SPBE) juga mengalami keterlambatan.
Setiap hari, kata dia, agennya hanya mampu memenuhi permintaan konsumen sebanyak 1.120 tabung. “Pasokannya terhambat karena jalanan macet,” katanya.
(gpr)