Rusal alami rugi bersih USD439 juta
A
A
A
Sindonews.com - Rusal, produsen aluminium terbesar di dunia hari ini melaporkan rugi bersih sebesar USD439 juta pada semester pertama 2013. Hal ini terjadi akibat penurunan harga, pasokan global berlebih, dan ketidakpastian ekonomi.
Raksasa aluminium Rusia, yang terdaftar di Hong Kong itu mengatakan, pendapatan untuk enam bulan hingga 30 Juni turun 8,8 persen year-on-year (yoy) menjadi USD5,2 miliar.
"Tidak ada keraguan, bahwa industri aluminium kini menghadapi krisis menjulang over-supply," kata Ketua Rusal, Matthias Warnig dalam sebuah pernyataan yang disampaikan ke bursa saham Hong Kong, seperti dilansir dari AFP, Senin (19/6/2013).
"Masalah stok berlebih tidak dapat segera diatasi, dan seluruh industri membutuhkan waktu untuk menghasilkan solusi yang tidak konvensional untuk mengatasi krisis ini secara struktural, serta memasuki fase pertumbuhan berkelanjutan baru," tambahnya.
Rugi bersih dibandingkan dengan laba bersih USD1 juta pada semester pertama tahun lalu, dan perusahaan mengatakan, hal itu sebagian terkait dengan penjualan one-off saham-sahamnya dari Norilsk Nickel dengan hasil yang digunakan untuk membayar utang.
Perusahaan mengalami kerugian yang lebih buruk dari perkiraan USD337 juta pada 2012. Total produksi aluminium selama enam bulan adalah 1.999 ribu ton, turun 4,5 persen sebagai langkah perusahaan mengurangi produksi.
Rusal berencana mengurangi produksi sebesar 9 persen year on year atau 357.000 ton pada 2013, dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Ini lebih dari perkiraan sebelumnya yakni 57.000 ton.
Perusahaan mengatakan, perkiraan inflasi lebih rendah, pertumbuhan lebih lambat China, serta perkiraan pengurangan program stimulus Federal Reserve AS, menempatkan tekanan pada harga logam.
Di London Metal Exchange, harga rata-rata alumunium pada semester pertama tahun ini turun menjadi USD1.835 per ton dari USD1.978 pada 2012.
Raksasa aluminium Rusia, yang terdaftar di Hong Kong itu mengatakan, pendapatan untuk enam bulan hingga 30 Juni turun 8,8 persen year-on-year (yoy) menjadi USD5,2 miliar.
"Tidak ada keraguan, bahwa industri aluminium kini menghadapi krisis menjulang over-supply," kata Ketua Rusal, Matthias Warnig dalam sebuah pernyataan yang disampaikan ke bursa saham Hong Kong, seperti dilansir dari AFP, Senin (19/6/2013).
"Masalah stok berlebih tidak dapat segera diatasi, dan seluruh industri membutuhkan waktu untuk menghasilkan solusi yang tidak konvensional untuk mengatasi krisis ini secara struktural, serta memasuki fase pertumbuhan berkelanjutan baru," tambahnya.
Rugi bersih dibandingkan dengan laba bersih USD1 juta pada semester pertama tahun lalu, dan perusahaan mengatakan, hal itu sebagian terkait dengan penjualan one-off saham-sahamnya dari Norilsk Nickel dengan hasil yang digunakan untuk membayar utang.
Perusahaan mengalami kerugian yang lebih buruk dari perkiraan USD337 juta pada 2012. Total produksi aluminium selama enam bulan adalah 1.999 ribu ton, turun 4,5 persen sebagai langkah perusahaan mengurangi produksi.
Rusal berencana mengurangi produksi sebesar 9 persen year on year atau 357.000 ton pada 2013, dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Ini lebih dari perkiraan sebelumnya yakni 57.000 ton.
Perusahaan mengatakan, perkiraan inflasi lebih rendah, pertumbuhan lebih lambat China, serta perkiraan pengurangan program stimulus Federal Reserve AS, menempatkan tekanan pada harga logam.
Di London Metal Exchange, harga rata-rata alumunium pada semester pertama tahun ini turun menjadi USD1.835 per ton dari USD1.978 pada 2012.
(dmd)