Pertumbuhan ekonomi Thailand Q2 susut 0,3%
A
A
A
Sindonews.com - Perekonomian Thailand pada triwulan kedua (Q2) 2013 menyusut 0,3 persen, karena permintaan memukul manufaktur dan ekspor.
Namun, slide dari kuartal sebelumnya lebih baik daripada revisi 1,7 persen kontraksi pada tiga bulan sampai Maret (Q1), setelah negara pulih dari bencana banjir dahsyat yang merendam pabrik, pada akhir 2011.
Dewan Pembangunan Nasional Ekonomi dan Sosial Thailand, NESDB mengatakan, produk domestik bruto (PDB) Q2 tumbuh sebesar 2,8 persen yoy pada kuartal kedua 2013, lebih lemah dari 5,4 persen pada Januari-Maret (Q1).
Output manufaktur turun 1,0 persen, akibat produsen terpukul oleh melambatnya permintaan domestik dan pelemahan global, seperti Amerika Serikat dan China. Sementara ekspor turun 1,5 persen dari kuartal yang sama tahun sebelumnya.
Mengingat pelemahan ekonomi, NESDB kembali memangkas perkiraan PDB 2013 sebesar 3,8-4,3 persen, dari 4,2-5,2 persen yang diproyeksikan pada Mei. Bahkan, lebih rendah dari 4,5-5,5 persen pada perkiraan sebelumnya.
Analis dari Capital Economics memperingatkan, pertumbuhan lemah pada kuartal kedua kemungkinan akan berlanjut.
"Kami pikir rebound yang kuat dalam pertumbuhan tidak mungkin dimulai. Kepercayaan konsumen yang jatuh menunjukkan sektor rumah tangga sedang berjuang," kata lembaga analis ekonomi itu, seperti dilansir dari AFP, (19/8/2013).
Melihat pertumbuhan ekspor membaik, didorong pemulihan bertahap dalam permintaan global dikombinasikan dengan pelemahan terbaru baht Thailand, membuat para eksportir lebih kompetitif.
Pada Juli, bank sentral Thailand kembali mempertahankan suku bunga acuan di angka 2,50 persen guna meningkatkan perekonomian.
Bank menyebutkan, perlambatan di China telah merugikan kawasan internasional. Sementara konsumsi swasta domestik telah melemah dalam menghadapi meningkatnya kekhawatiran utang dan efek memudarnya langkah-langkah dalam merangsang pengeluaran konsumen.
Namun, slide dari kuartal sebelumnya lebih baik daripada revisi 1,7 persen kontraksi pada tiga bulan sampai Maret (Q1), setelah negara pulih dari bencana banjir dahsyat yang merendam pabrik, pada akhir 2011.
Dewan Pembangunan Nasional Ekonomi dan Sosial Thailand, NESDB mengatakan, produk domestik bruto (PDB) Q2 tumbuh sebesar 2,8 persen yoy pada kuartal kedua 2013, lebih lemah dari 5,4 persen pada Januari-Maret (Q1).
Output manufaktur turun 1,0 persen, akibat produsen terpukul oleh melambatnya permintaan domestik dan pelemahan global, seperti Amerika Serikat dan China. Sementara ekspor turun 1,5 persen dari kuartal yang sama tahun sebelumnya.
Mengingat pelemahan ekonomi, NESDB kembali memangkas perkiraan PDB 2013 sebesar 3,8-4,3 persen, dari 4,2-5,2 persen yang diproyeksikan pada Mei. Bahkan, lebih rendah dari 4,5-5,5 persen pada perkiraan sebelumnya.
Analis dari Capital Economics memperingatkan, pertumbuhan lemah pada kuartal kedua kemungkinan akan berlanjut.
"Kami pikir rebound yang kuat dalam pertumbuhan tidak mungkin dimulai. Kepercayaan konsumen yang jatuh menunjukkan sektor rumah tangga sedang berjuang," kata lembaga analis ekonomi itu, seperti dilansir dari AFP, (19/8/2013).
Melihat pertumbuhan ekspor membaik, didorong pemulihan bertahap dalam permintaan global dikombinasikan dengan pelemahan terbaru baht Thailand, membuat para eksportir lebih kompetitif.
Pada Juli, bank sentral Thailand kembali mempertahankan suku bunga acuan di angka 2,50 persen guna meningkatkan perekonomian.
Bank menyebutkan, perlambatan di China telah merugikan kawasan internasional. Sementara konsumsi swasta domestik telah melemah dalam menghadapi meningkatnya kekhawatiran utang dan efek memudarnya langkah-langkah dalam merangsang pengeluaran konsumen.
(dmd)