Kanebo terima 7.266 keluhan konsumen
A
A
A
Sindonews.com - Produsen kosmetik Jepang, Kanebo, hari ini melaporkan jumlah keluhan perubahan warna kulit dari produk pemutihnya telah mencapai lebih dari 7.000 pelanggan.
Bulan lalu, perusahaan mengumumkan telah melakukan penarikan 54 produk yang mengandung zat yang disebut 4HPB, versi sintetis dari senyawa alami yang dikembangkan Kanebo.
Dilansir dari AFP, Juru bicara perusahaan menyatakan, akan membayar biaya medis untuk setiap pelanggan yang telah mengalami warna kulit tidak merata, bahkan setelah mereka berhenti menggunakan produk.
Perusahaan mengatakan, pihaknya telah menerima total 7.266 pengaduan sebagian besar dari konsumen Jepang yang menggunakan krim seperti Blanchir Superior, serta sekitar 65 keluhan datang dari luar negeri.
Angka terbaru ini lebih dari tiga kali lipat jumlah keluhan yang diumumkan bulan lalu.
Diketahui, Kanebo melibatkan hampir 4,75 juta produk di rak-rak ritel Jepang, Inggris dan 10 wilayah Asia, yaitu Taiwan, Hong Kong, Korea Selatan, Thailand, Singapura, Malaysia, Indonesia, Myanmar, Filipina dan Vietnam.
"Kami hampir menyelesaikan recall produk yang terkena dampak, tapi kami masih menerima pengaduan," kata juru bicara itu.
Bulan lalu, perusahaan mengumumkan telah melakukan penarikan 54 produk yang mengandung zat yang disebut 4HPB, versi sintetis dari senyawa alami yang dikembangkan Kanebo.
Dilansir dari AFP, Juru bicara perusahaan menyatakan, akan membayar biaya medis untuk setiap pelanggan yang telah mengalami warna kulit tidak merata, bahkan setelah mereka berhenti menggunakan produk.
Perusahaan mengatakan, pihaknya telah menerima total 7.266 pengaduan sebagian besar dari konsumen Jepang yang menggunakan krim seperti Blanchir Superior, serta sekitar 65 keluhan datang dari luar negeri.
Angka terbaru ini lebih dari tiga kali lipat jumlah keluhan yang diumumkan bulan lalu.
Diketahui, Kanebo melibatkan hampir 4,75 juta produk di rak-rak ritel Jepang, Inggris dan 10 wilayah Asia, yaitu Taiwan, Hong Kong, Korea Selatan, Thailand, Singapura, Malaysia, Indonesia, Myanmar, Filipina dan Vietnam.
"Kami hampir menyelesaikan recall produk yang terkena dampak, tapi kami masih menerima pengaduan," kata juru bicara itu.
(dmd)