Sentimen kurang kondusif, IHSG lanjutkan pelemahan
A
A
A
Sindonews.com - Kombinasi antara sentimen negatif yang berhembus dari luar negeri ditmbah kecerobohan pemerintah yang mengakibatkan nilai tukar rupiah terus melemah terhadap USD, memberi cukup alasan bagi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) untuk kembali melanjutkan pelemahannya di hari Selasa.
Secara teknikal, Kepala Riset Trust Securities Reza Priyambada melihat, pada perdagangan hari ini diperkirakan IHSG akan berada pada support 4.285-4.310 dan resistance 4.430-4.455.
Berpola menyerupai double black crows lewati lower bollinger bands (MBB). MACD cenderung turun dengan histogram negatif yang memanjang. RSI, William's %R, dan Stochastic lanjut downreversal mendekati area oversold.
"Kurang kondusifnya sentimen membawa IHSG di bawah target support kami (4.555-4.586). Bahkan saat utang gap 4.495-4.504 tertutupi, laju IHSG juga kian longsor. Diperkirakan masih akan melemah, namun pelemahan ini bisa saja mulai berkurang jika pelaku pasar tidak terlalu panik dengan kondisi yang suka tidak suka akan terjadi, terutama dengan kondisi makro dan kemungkinan adanya aksi beli memanfaatkan rendahnya harga saham," kata Reza, Selasa (20/8/2013).
Masih adanya imbas pelemahan di bursa saham AS dan kurang kondusifnya sentimen yang ada membuat IHSG memperpanjang pelemahannya, terutama untuk nilai tukar rupiah yang terus longsor membuat kondisi makin tidak kondusif dan berimbas pada aksi jual berlebihan dari para investor.
Imbas dari pidato kenegaraan Presiden SBY yang menyampaikan asumsi-asumsi makropun juga masih terasa, dimana pelaku pasar menganggap tidak realistisnya asumsi-asumsi yang digunakan.
Imbas negatif pernyataan SBY tersebut terasa begiti kuat, padahal pelemahan yang dialami pada IHSG tidak terjadi di mayoritas bursa saham Asia yang beberapa diantaranya masih dapat bergerak positif antara lain Nikkei, Shanghai dan Shenzen.
Hanya Sensex yang secara nominal hampir sama pelemahannya dengan IHSG dengan turun 387,49 poin meski secara persentase turun 2,08 persen. Padahal berita yang hinggap di bursa saham Asia hampir sama, dimana isu pengurangan stimulus The Fed masih menjadi perhatian para pelaku pasar.
Ditambah lagi dengan makin memerahnya pasar obligasi, dimana yield yang diminta terus meningkat. Di sisi lain, adanya aturan GWM-LDR sebesar 78-92 persen dari sebelumnya 100 persen turut direspon negatif karena dinilai mengurangi likuiditas kredit perbankan.
Pelaku pasar melihat perekonomian Indonesia akhir-akhir ini menunjukkan data negatif secara bertahap yang menunjukkan perlambatan pertumbuhan ekonomi, lonjakan inflasi dan peningkatan defisit neraca perdagangan dan neraca berjalan.
Sepanjang perdagangan kemarin, IHSG menyentuh level 4.536,14 (level tertingginya) di awal sesi 1 dan menyentuh level 4.310,69 (level terendahnya) jelang akhir sesi 2 dan berakhir di level 4.313,52.
Volume perdagangan turun dan nilai total transaksi naik. Investor asing mencatatkan nett sell dengan kenaikan nilai transaksi beli dan transaksi jual. Investor domestik mencatatkan nett buy.
Secara teknikal, Kepala Riset Trust Securities Reza Priyambada melihat, pada perdagangan hari ini diperkirakan IHSG akan berada pada support 4.285-4.310 dan resistance 4.430-4.455.
Berpola menyerupai double black crows lewati lower bollinger bands (MBB). MACD cenderung turun dengan histogram negatif yang memanjang. RSI, William's %R, dan Stochastic lanjut downreversal mendekati area oversold.
"Kurang kondusifnya sentimen membawa IHSG di bawah target support kami (4.555-4.586). Bahkan saat utang gap 4.495-4.504 tertutupi, laju IHSG juga kian longsor. Diperkirakan masih akan melemah, namun pelemahan ini bisa saja mulai berkurang jika pelaku pasar tidak terlalu panik dengan kondisi yang suka tidak suka akan terjadi, terutama dengan kondisi makro dan kemungkinan adanya aksi beli memanfaatkan rendahnya harga saham," kata Reza, Selasa (20/8/2013).
Masih adanya imbas pelemahan di bursa saham AS dan kurang kondusifnya sentimen yang ada membuat IHSG memperpanjang pelemahannya, terutama untuk nilai tukar rupiah yang terus longsor membuat kondisi makin tidak kondusif dan berimbas pada aksi jual berlebihan dari para investor.
Imbas dari pidato kenegaraan Presiden SBY yang menyampaikan asumsi-asumsi makropun juga masih terasa, dimana pelaku pasar menganggap tidak realistisnya asumsi-asumsi yang digunakan.
Imbas negatif pernyataan SBY tersebut terasa begiti kuat, padahal pelemahan yang dialami pada IHSG tidak terjadi di mayoritas bursa saham Asia yang beberapa diantaranya masih dapat bergerak positif antara lain Nikkei, Shanghai dan Shenzen.
Hanya Sensex yang secara nominal hampir sama pelemahannya dengan IHSG dengan turun 387,49 poin meski secara persentase turun 2,08 persen. Padahal berita yang hinggap di bursa saham Asia hampir sama, dimana isu pengurangan stimulus The Fed masih menjadi perhatian para pelaku pasar.
Ditambah lagi dengan makin memerahnya pasar obligasi, dimana yield yang diminta terus meningkat. Di sisi lain, adanya aturan GWM-LDR sebesar 78-92 persen dari sebelumnya 100 persen turut direspon negatif karena dinilai mengurangi likuiditas kredit perbankan.
Pelaku pasar melihat perekonomian Indonesia akhir-akhir ini menunjukkan data negatif secara bertahap yang menunjukkan perlambatan pertumbuhan ekonomi, lonjakan inflasi dan peningkatan defisit neraca perdagangan dan neraca berjalan.
Sepanjang perdagangan kemarin, IHSG menyentuh level 4.536,14 (level tertingginya) di awal sesi 1 dan menyentuh level 4.310,69 (level terendahnya) jelang akhir sesi 2 dan berakhir di level 4.313,52.
Volume perdagangan turun dan nilai total transaksi naik. Investor asing mencatatkan nett sell dengan kenaikan nilai transaksi beli dan transaksi jual. Investor domestik mencatatkan nett buy.
(rna)