Rupiah melemah, harga buah impor melangit
A
A
A
Sindonews.com - Akibat melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika, harga buah-buahan impor di berbagai pasar swalayan melangit. Kenaikan harga tersebut terjadi hampir pada semua jenis buah-buahan impor.
Jeruk China jenis Clemenvila misalnya, dari harga semula Rp42.000 perkilogram, kini menembus angka Rp54.900. Selain itu, Lemon Australia juga mengalami kenaikan, dari semula Rp52.000 perkilogram, kini menembus angka Rp72.700 perkilogram.
Sementara itu, harga Apel, Anggur dan Kiwi juga mengalami kenaikan cukup besar. Apel Fuji dari Jepang saat ini dibandrol Rp46.000 perkilogram dari harga semula Rp30.000. Anggur Australia juga naik menjadi Rp89.000 dari harga awal Rp68.000. Sementara buah Kiwi naik dari harga Rp39.000 kini menembus angka Rp94.500 perkilo.
“Memang semua buah impor mengalami kenaikan, melemahnya nilai tukar rupiah menjadi salah satu penyebabnya,” ujar Asih, Asisten Manager swalayan Gelael Citraland Kota Semarang kepada wartawan, Kamis (22/8/2013).
Kenaikan harga, imbuh Asih, hingga saat ini belum begitu mempengaruhi penjualan. Menurutnya, penjualan buah sampai saat ini masih stabil. “Selama ini masih stabil, belum ada penurunan, tapi jika rupiah terus melemah dan harga buah impor semakin tinggi, saya juga khawatir akan mempengaruhi penjualan kami,” imbuhnya.
Naiknya harga buah juga sangat dirasakan para konsumen. Mereka mengaku terkejut dengan kenaikan buah yang terjadi saat ini. “Saya tidak tahu kalau ada kenaikan akibat melemahnya nilai tukar rupiah, saya kaget ketika mendengar harga buah sekarang, naiknya banyak sekali, ini jelas memberatkan konsumen seperti saya,” kata Tiara,34, salah satu pembeli buah asal Semarang Tengah Kota Semarang.
Hal senada juga diungkapkan Ny Hartono,66, pembeli buah lainnya. Meski mahal, Ny Hartono mengaku tetap memilih membeli buah impor dibanding buah lokal. Sebab, kualitas buah impor menurutnya lebih bagus. “Kualitasnya jauh, lebih bagus buah impor, meski mahal saya tetap beli buah impor, namun jumlahnya agak dikurangi,” ujarnya.
Ny Hartono berharap pemerintah segera mengambil tindakan mengenai permasalahan ini. Jika tidak, masyarakat akan semakin dirugikan karena naiknya harga-harga kebutuhan pokok.
“Kalau barang impor naik, biasanya barang lokal juga akan ikut naik. Ini jelas mengkhawatirkan karena kami para konsumen yang dirugikan. Kami harap pemerintah segera mengambil langkah agar kondisi rupiah menjadi normal kembali,” pungkasnya.
Jeruk China jenis Clemenvila misalnya, dari harga semula Rp42.000 perkilogram, kini menembus angka Rp54.900. Selain itu, Lemon Australia juga mengalami kenaikan, dari semula Rp52.000 perkilogram, kini menembus angka Rp72.700 perkilogram.
Sementara itu, harga Apel, Anggur dan Kiwi juga mengalami kenaikan cukup besar. Apel Fuji dari Jepang saat ini dibandrol Rp46.000 perkilogram dari harga semula Rp30.000. Anggur Australia juga naik menjadi Rp89.000 dari harga awal Rp68.000. Sementara buah Kiwi naik dari harga Rp39.000 kini menembus angka Rp94.500 perkilo.
“Memang semua buah impor mengalami kenaikan, melemahnya nilai tukar rupiah menjadi salah satu penyebabnya,” ujar Asih, Asisten Manager swalayan Gelael Citraland Kota Semarang kepada wartawan, Kamis (22/8/2013).
Kenaikan harga, imbuh Asih, hingga saat ini belum begitu mempengaruhi penjualan. Menurutnya, penjualan buah sampai saat ini masih stabil. “Selama ini masih stabil, belum ada penurunan, tapi jika rupiah terus melemah dan harga buah impor semakin tinggi, saya juga khawatir akan mempengaruhi penjualan kami,” imbuhnya.
Naiknya harga buah juga sangat dirasakan para konsumen. Mereka mengaku terkejut dengan kenaikan buah yang terjadi saat ini. “Saya tidak tahu kalau ada kenaikan akibat melemahnya nilai tukar rupiah, saya kaget ketika mendengar harga buah sekarang, naiknya banyak sekali, ini jelas memberatkan konsumen seperti saya,” kata Tiara,34, salah satu pembeli buah asal Semarang Tengah Kota Semarang.
Hal senada juga diungkapkan Ny Hartono,66, pembeli buah lainnya. Meski mahal, Ny Hartono mengaku tetap memilih membeli buah impor dibanding buah lokal. Sebab, kualitas buah impor menurutnya lebih bagus. “Kualitasnya jauh, lebih bagus buah impor, meski mahal saya tetap beli buah impor, namun jumlahnya agak dikurangi,” ujarnya.
Ny Hartono berharap pemerintah segera mengambil tindakan mengenai permasalahan ini. Jika tidak, masyarakat akan semakin dirugikan karena naiknya harga-harga kebutuhan pokok.
“Kalau barang impor naik, biasanya barang lokal juga akan ikut naik. Ini jelas mengkhawatirkan karena kami para konsumen yang dirugikan. Kami harap pemerintah segera mengambil langkah agar kondisi rupiah menjadi normal kembali,” pungkasnya.
(gpr)