Standar layanan konsumen di Asia meningkat
A
A
A
Sindonews.com - Konsumen di Asia sudah muak dengan standar layanan yang buruk. Mereka bersedia membayar lebih demi mendapatkan pelayanan yang baik. Hal itu terungkap dalam survei yang dilakukan perusahaan Verint.
Menurut Verint, pertumbuhan ekonomi yang pesat di kawasan Asia-Pasifik dalam satu dekade terakhir telah membuat selera masyarakat meningkat. Namun, sebagian besar perusahaan gagal memberikan hal yang diinginkan.
Dari survei, sebagian besar perusahaan di Asia digambarkan memiliki staf yang kasar, prosedur tidak fleksibel, dan kurang responsif terhadap permintaan layanan, hingga membuat klien frustrasi.
"Pertanyaan bukan lagi memiliki akses terhadap barang dan jasa. Sekarang mereka memiliki pilihan dan disposable income ... sehingga layanan menjadi pembeda baru," kata Wilson Chin, wakil presiden pemasaran Verint Asia Pasifik, seperti dilansir dari AFP, Selasa (27/8/2013).
Survei juga dilakukan perusahaan riset pasar Ipsos, terhadap lebih dari 5.800 orang dari Australia, China, Hong Kong, India, Indonesia dan Jepang. Adapun sektor yang diteliti adalah jasa keuangan, utilitas, hotel, perjalanan, ritel dan sektor telekomunikasi.
Survei menemukan, bahwa hanya 24 persen responden dinilai atas dasar harga jasa. Sementara 45 persen bersedia membayar premi lebih untuk pengalaman berkualitas tinggi.
"Dengan pertumbuhan ekonomi yang stabil, konsumen bergerak dari fokus subsisten untuk jasa dan kenikmatan setelah bekerja keras begitu lama. Konsumen Asia ingin menikmati diri mereka sendiri - sehingga mereka ingin diperlakukan dengan baik," kata Chin.
Pengecualian untuk aturan umum Jepang, di mana ada harapan yang tinggi dari kualitas layanan dan hanya 11 persen responden mengalami masalah dengan utilitas - standar yang tinggi di negara tersebut.
Konsumen juga semakin terbuka untuk berbagi pengalaman dengan khalayak yang lebih luas di media sosial, dengan 53 persen mengatakan mereka memposting cerita tentang layanan pelanggan secara online
Menurut Verint, pertumbuhan ekonomi yang pesat di kawasan Asia-Pasifik dalam satu dekade terakhir telah membuat selera masyarakat meningkat. Namun, sebagian besar perusahaan gagal memberikan hal yang diinginkan.
Dari survei, sebagian besar perusahaan di Asia digambarkan memiliki staf yang kasar, prosedur tidak fleksibel, dan kurang responsif terhadap permintaan layanan, hingga membuat klien frustrasi.
"Pertanyaan bukan lagi memiliki akses terhadap barang dan jasa. Sekarang mereka memiliki pilihan dan disposable income ... sehingga layanan menjadi pembeda baru," kata Wilson Chin, wakil presiden pemasaran Verint Asia Pasifik, seperti dilansir dari AFP, Selasa (27/8/2013).
Survei juga dilakukan perusahaan riset pasar Ipsos, terhadap lebih dari 5.800 orang dari Australia, China, Hong Kong, India, Indonesia dan Jepang. Adapun sektor yang diteliti adalah jasa keuangan, utilitas, hotel, perjalanan, ritel dan sektor telekomunikasi.
Survei menemukan, bahwa hanya 24 persen responden dinilai atas dasar harga jasa. Sementara 45 persen bersedia membayar premi lebih untuk pengalaman berkualitas tinggi.
"Dengan pertumbuhan ekonomi yang stabil, konsumen bergerak dari fokus subsisten untuk jasa dan kenikmatan setelah bekerja keras begitu lama. Konsumen Asia ingin menikmati diri mereka sendiri - sehingga mereka ingin diperlakukan dengan baik," kata Chin.
Pengecualian untuk aturan umum Jepang, di mana ada harapan yang tinggi dari kualitas layanan dan hanya 11 persen responden mengalami masalah dengan utilitas - standar yang tinggi di negara tersebut.
Konsumen juga semakin terbuka untuk berbagi pengalaman dengan khalayak yang lebih luas di media sosial, dengan 53 persen mengatakan mereka memposting cerita tentang layanan pelanggan secara online
(dmd)