Rupiah anjlok, momentum cintai produk Indonesia

Kamis, 29 Agustus 2013 - 15:06 WIB
Rupiah anjlok, momentum cintai produk Indonesia
Rupiah anjlok, momentum cintai produk Indonesia
A A A
Sindonews.com - Badan Pusat Statistik (BPS) mengajak masyarakat untuk mulai menghentikan ketergantungan terhadap produk impor seiring dengan melemahnya rupiah. Kondisi ini sebaiknya menjadi momentum untuk semakin mencintai produk Indonesia.

Kasie Neraca Wilayah dan Analisis BPS Kota Depok Bambang Pamungkas mengatakan, saat ini kenaikan harga yang terjadi di Depok diakibatkan pedagang yang latah ikut-ikutan menaikan harga karena alasan dolar naik.

"Ini memang sejak lebaran harga-harga naik, pedagang jadi memanfaatkan momen, padahal kan enggak semua komoditas terpengaruh, karena itu kondisi ini harus jadi momen cintai produk Indonesia," ungkapnya kepada wartawan, Kamis (29/8/2013).

Bambang menambahkan kenaikan harga kedelai impor yang menyebabkan kenaikan harga tahu tempe masih relevan dan wajar. Sementara banyak pula perusahaan di Depok yang mengekspor barang ke luar negeri justru meraup untung besar.

"Kalau yang naik harga kedelai tahu tempe dan turunannya wajar dong kalau naik, karena barang impor yang paling terkena dampaknya, karena itu dolar jangan lebih dari kisaran Rp 11 ribu karena akan berdampak pula pada iklim investasi, ini saatnya kurangi produk impor," paparnya.

Produk impor lainnya yang juga terpengaruh yakni harga suku cadang kendaraan. Bambang menambahkan banyak suku cadang buatan lokal yang seharusnya bisa lebih digenjot.

"Apa sih Indonesia yang enggak bisa, kita kan punya SMK, teknik industri dan orang hebat juga banyak, kenapa selama ini enggak bisa menyamakan atau melebihi kualitas produk impor, saat ini yang bisa dilakukan memang solusi jangka panjang atau long term," paparnya.

Bambang menilai trend warga Depok memang konsumtif dalam berbelanja, tetapi tidak terpengaruh pada barang impor atau merk oriented. Ia berharap kondisi ini tidak membuat perusahaan di Depok mengurangi karyawan atau PHK.

"Orang Depok konsumtif tetapi tidak merk oriented kok, mereka yang penting nyaman dan kualitasnya bagus, pemerintah harus mulai menggalakkan misalnya pakai sepatu dan baju buatan lokal, jangan produk impor," tukasnya.
(gpr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5581 seconds (0.1#10.140)