Harga minyak dunia berbalik jatuh

Kamis, 29 Agustus 2013 - 19:06 WIB
Harga minyak dunia berbalik...
Harga minyak dunia berbalik jatuh
A A A
Sindonews.com - Harga minyak di perdagangan dunia hari ini merosot, setelah para pedagang mengamati penundaan aksi militer pimpinan AS terhadap Suriah, tepatnya satu hari pasca-minyak mentah New York mencapai rekor tertinggi dalam dua tahun.

Kontrak utama New York, West Texas Intermediate ( WTI ) untuk pengiriman Oktober, turun USD1,06 ke USD109,04 per barel. Sementara minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Oktober turun 91 sen menjadi USD115,70 per barel.

Pasar minyak telah melonjak dalam perdagangan intra-day, kemarin mengantisipasi tindakan keras Barat di Suriah.

Pada satu tahap, minyak mentah New York mencapai USD112,24 per barel untuk mencapai tingkat tertinggi sejak awal Mei 2011. Sementara Brent melonjak menjadi USD117,34 per barel, terakhir terlihat pada akhir Februari.

"Harga minyak telah tergelincir pagi ini, setelah melonjak kemarin akibat kekhawatiran bahwa konflik Suriah bisa menyebar di seluruh Timur Tengah dan mengancam pasokan minyak," kata Matt Osborne, pengamat pedagang energi berbasis di Inggris, Inenco, seperti dilansir dari AFP.

"Kemungkinan keterlambatan serangan militer pimpinan AS di Suriah telah membantu menenangkan kekhawatiran atas gangguan pasokan di Timur Tengah. Minyak WTI telah turun dari level tertinggi dalam dua tahun, juga dibantu perkiraan stok minyak mentah AS lebih tinggi dalam empat bulan," tambahnya.

Sekjen PBB Ban Ki-moon menyatakan, tim penyelidik akan melaporkan dugaan serangan senjata kimia di Suriah akhir pekan ini, sehingga Amerika Serikat dan sekutunya menahan diri melakukan aksi militer terhadap Damaskus.

Sementara Presiden AS Barack Obama mengatakan, dirinya belum menandatangani rencana untuk menyerang Damaskus atas konflik yang menewaskan ratusan orang aktivis, dan mengajak Barat dalam konflik 29 bulan di Suriah.

Sebuah pemboman udara telah muncul awal pekan ini, tapi sekutu AS enggan bertindak sebelum mendengar hasil penyelidikan PBB atas dugaan serangan gas beracun tersebut.

"Kekhawatiran atas tindakan militer Barat di Suriah sedikit mereda setelah pemerintah Inggris, salah satu sekutu terdekat Amerika, mengatakan akan menunggu hasil penyelidikan PBB dalam dugaan serangan senjata kimia, sebelum memutuskan apakah akan mengambil tindakan atau tidak," ujar analis GFT, Fawad Razaqzada.

Meskipun Suriah bukan produsen minyak utama, pedagang waswas konflik akan meluas di kawasan Timur Tengah yang kaya minyak. Di mana sekutu kunci Damaskus Rusia dan Iran telah memperingatkan terhadap setiap intervensi Barat hal itu bisa memicu konflik regional yang lebih luas.
(dmd)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.0089 seconds (0.1#10.140)