Sepi pembeli, tahu di Banjarnegara untuk pakan ternak
A
A
A
Sindonews.com - Dampak mahalnya harga kedelai juga dirasakan penjual tahu dan tempe eceran di pasar tradisional Banjarnegara, Jawa Tengah (Jateng).
Sepinya pembeli menyebabkan dagangan tahu milik pedagang yang hanya bertahan satu hari menumpuk dan rusak. Pedagang pun terpaksa membuangnya untuk pakan ternak.
Harga kedelai impor yang terus melambung hingga Rp9.200 per kilogram (kg), kini mulai dirasakan dampanya oleh pedagang tahu eceran di pasar tradisonal Banjarnegara, Jateng. Mereka mulai mengurangi ukuran tahu dan adanya campuran tahu menggunakan kedelai lokal.
Dina, penjual tahu eceran di daerah tersebut mengatakan, tahu yang dijualnya tidak diminati pembeli. Jika pada hari biasa, pedagang mampu menjual hingga 1.000 butir per hari. "Saat ini hanya terjual 400 hingga 500 butir sehari," katanya, Senin (2/9/2013).
Sepinya pembeli ini mulai dirasakan sejak sepekan terakhir. Sementara akibat stok dagangan yang menumpuk dan tidak laku, membuat tahu yang hanya bisa bertahan satu hari mulai rusak dan membusuk sehingga pedagang terpaksa membuangnya untuk pakan ikan lele.
Menurutnya harga kedelai impor yang terus melambung membuat pedagang tahu terus merugi. Omzet yang mereka peroleh pun menurun drastis hingga 50 persen. Sementara para perajin tahu saat ini banyak yang memilih untuk menghentikan produksinya.
Para pedagang tahu dan tempe berharap, pemerintah serius menangani masalah ini. Karena, jika harga kedelai terus melambung dan tidak terkendali, maka tidak hanya perajin tahu dan tempe yang mengalami gulung tikar, namun pedagang tahu dan tempe eceran pun dipastikan akan menghentikan usaha dagangganya karena terus merugi.
Sepinya pembeli menyebabkan dagangan tahu milik pedagang yang hanya bertahan satu hari menumpuk dan rusak. Pedagang pun terpaksa membuangnya untuk pakan ternak.
Harga kedelai impor yang terus melambung hingga Rp9.200 per kilogram (kg), kini mulai dirasakan dampanya oleh pedagang tahu eceran di pasar tradisonal Banjarnegara, Jateng. Mereka mulai mengurangi ukuran tahu dan adanya campuran tahu menggunakan kedelai lokal.
Dina, penjual tahu eceran di daerah tersebut mengatakan, tahu yang dijualnya tidak diminati pembeli. Jika pada hari biasa, pedagang mampu menjual hingga 1.000 butir per hari. "Saat ini hanya terjual 400 hingga 500 butir sehari," katanya, Senin (2/9/2013).
Sepinya pembeli ini mulai dirasakan sejak sepekan terakhir. Sementara akibat stok dagangan yang menumpuk dan tidak laku, membuat tahu yang hanya bisa bertahan satu hari mulai rusak dan membusuk sehingga pedagang terpaksa membuangnya untuk pakan ikan lele.
Menurutnya harga kedelai impor yang terus melambung membuat pedagang tahu terus merugi. Omzet yang mereka peroleh pun menurun drastis hingga 50 persen. Sementara para perajin tahu saat ini banyak yang memilih untuk menghentikan produksinya.
Para pedagang tahu dan tempe berharap, pemerintah serius menangani masalah ini. Karena, jika harga kedelai terus melambung dan tidak terkendali, maka tidak hanya perajin tahu dan tempe yang mengalami gulung tikar, namun pedagang tahu dan tempe eceran pun dipastikan akan menghentikan usaha dagangganya karena terus merugi.
(izz)