Pengusaha tempe di Nganjuk jual harta benda

Senin, 02 September 2013 - 13:10 WIB
Pengusaha tempe di Nganjuk...
Pengusaha tempe di Nganjuk jual harta benda
A A A
Sindonews.com - Harga kedelai impor yang semakin melambung hingga menembus Rp9.200 per kilogram (kg), memaksa sejumlah produsen tempe di Nganjuk, Jawa Timur (Jatim) berhenti produksi, karena merugi.

Sebagian produsen terpaksa menjual harta bendanya agar tetap bisa berproduksi demi melayani pelanggannya supaya tidak hilang atau beralih ke produsen lain.

Sejumlah prudusen tempe di sentra perajin tempe Desa Tanjungtani, Kecamatan Prambon, Nganjuk ini tetap berproduksi dengan berat hati. Padahal, membuat dan menjual tempe pada saat seperti sekarang jelas merugi.

Raji, produsen tempe di daerah tersebut mengatakan, kerugian ini disebabkan harga kedelai impor naik dari sebelumnya hanya Rp6.500 per kilogram (kg), sejak beberapa hari lalu naik menjadi Rp8.500 per kg.

"Setelah menunggu lama, bukannya turun. Harga kedelai impor kini justru makin melambung hingga Rp9.200 per kg," kata dia, Senin (2/9/2013).

Untuk bisa berproduksi, sejumlah perajin mengaku terpaksa harus menjual harta bendanya untuk suntikan modal. Raji mengaku tetap bisa berproduksi dengan tambahan modal dari uang hasil menjual sapi ternaknya.

Sebelumnya, dia mengaku sudah melakukan berbagai macam cara untuk menyiasati kenaikan harga kedelai, diantaranya dengan memperkecil ukuran tempe. Meski sudah diperkecil, Raji mengaku tetap rugi karena kenaikan harga kedelai sekarang terlampau tinggi.

Akibatnya, tidak sedikit produsen tempe di Desa Tanjung Tani yang kini sudah tidak bisa berproduksi sama sekali. Raji dan para produsen tempe lain di Nganjuk berharap pemerintah segera menurunkan harga kedelai.
(izz)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0742 seconds (0.1#10.140)