Target harga BRNA diproyeksi Rp620-840/saham
A
A
A
Sindonews.com - PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) memproyeksikan target harga PT Berlina Tbk (BRNA) sepanjang tahun ini berada dalam kisaran Rp620-840/lembar saham.
Harga saham BRNA pada siang ini naik Rp10 atau 2,2 persen menjadi Rp465/lembar saham. Adapun proyeksi harga saham tersebut ditopang prospek bisnis dan keuangan perseroan tahun ini yang diprediksi positif.
Analis Pefindo Achmad Sudjatmiko mengatakan, momentum positif dalam industri consumer goods menyebabkan BRNA sebagai produsen produk kemasan plastik mendapat manfaat dari prospek positif ekonomi Indonesia dan Cina.
Hal itu didukung populasi orang dengan pendapatan per kapita meningkat yang makin besar hingga 131 juta orang, penjualan consumer goods di Indonesia diperkirakan bisa mencapai Rp199,34 triliun di tahun ini atau meningkat 10 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Sedangkan di Cina, industri consumer goods diproyeksi tumbuh 13 persen.
Di samping itu, juga didukung perluasan bisnis dan peningkatan kapasitas internal, dimana BRNA pada tahun ini berencana mengakuisisi produsen kemasan pelumas, PT Quantex.
"Kami melihat bisnis baru tersebut positif bagi pertumbuhan BRNA karena penjualan motor dan mobil di Indonesia masing-masing tumbuh 10,6 persen YoY pada semester I/2013 dan 3,2 persen YoY pada Januari-April 2013," kata dia dalam risetnya, Selasa (3/9/2013).
Selain pertumbuhan anorganik, BRNA juga meningkatkan kapasitas produksi dan kemasan. Perusahaan telah meningkatkan area produksi dan gudang dari 4.840 meter persegi (m2) menjadi 7.980 m2. BRNA juga membeli mesin baru untuk produksi tabung, yang dapat meningkatkan kapasitas produksi menjadi 36 juta kemasan.
Dengan demikian, perseroan memiliki kemampuan memproduksi bahan kemasan plastik dan tabung untuk makanan dan minuman, perlengkapan mandi, obat-obatan dan pelumas.
Dengan kemampuannya tersebut, dia memprediksi, pendapatan BRNA bisa tumbuh 16,7 persen pada tahun ini atau menjadi Rp977 miliar dibanding tahun sebelumnya senilai Rp837 miliar.
Sementara itu, menurut Achmad, meski upah dan biaya listrik memberikan tekanan pada marjin laba kotor menjadi turun 17,1 persen dan laba bersih tergerus 3,5 persen pada tahun lalu, namun capaian tersebut dinilai masih kompetitif jika dibanding rata-rata industri untuk marjin laba kotor 12,2 persen dan marjin laba bersih sebesar 3 persen.
Harga saham BRNA pada siang ini naik Rp10 atau 2,2 persen menjadi Rp465/lembar saham. Adapun proyeksi harga saham tersebut ditopang prospek bisnis dan keuangan perseroan tahun ini yang diprediksi positif.
Analis Pefindo Achmad Sudjatmiko mengatakan, momentum positif dalam industri consumer goods menyebabkan BRNA sebagai produsen produk kemasan plastik mendapat manfaat dari prospek positif ekonomi Indonesia dan Cina.
Hal itu didukung populasi orang dengan pendapatan per kapita meningkat yang makin besar hingga 131 juta orang, penjualan consumer goods di Indonesia diperkirakan bisa mencapai Rp199,34 triliun di tahun ini atau meningkat 10 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Sedangkan di Cina, industri consumer goods diproyeksi tumbuh 13 persen.
Di samping itu, juga didukung perluasan bisnis dan peningkatan kapasitas internal, dimana BRNA pada tahun ini berencana mengakuisisi produsen kemasan pelumas, PT Quantex.
"Kami melihat bisnis baru tersebut positif bagi pertumbuhan BRNA karena penjualan motor dan mobil di Indonesia masing-masing tumbuh 10,6 persen YoY pada semester I/2013 dan 3,2 persen YoY pada Januari-April 2013," kata dia dalam risetnya, Selasa (3/9/2013).
Selain pertumbuhan anorganik, BRNA juga meningkatkan kapasitas produksi dan kemasan. Perusahaan telah meningkatkan area produksi dan gudang dari 4.840 meter persegi (m2) menjadi 7.980 m2. BRNA juga membeli mesin baru untuk produksi tabung, yang dapat meningkatkan kapasitas produksi menjadi 36 juta kemasan.
Dengan demikian, perseroan memiliki kemampuan memproduksi bahan kemasan plastik dan tabung untuk makanan dan minuman, perlengkapan mandi, obat-obatan dan pelumas.
Dengan kemampuannya tersebut, dia memprediksi, pendapatan BRNA bisa tumbuh 16,7 persen pada tahun ini atau menjadi Rp977 miliar dibanding tahun sebelumnya senilai Rp837 miliar.
Sementara itu, menurut Achmad, meski upah dan biaya listrik memberikan tekanan pada marjin laba kotor menjadi turun 17,1 persen dan laba bersih tergerus 3,5 persen pada tahun lalu, namun capaian tersebut dinilai masih kompetitif jika dibanding rata-rata industri untuk marjin laba kotor 12,2 persen dan marjin laba bersih sebesar 3 persen.
(rna)