Tahu-tempe terancam hilang di pasar pekan depan
A
A
A
Sindonews.com - Ketua Gabungan Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (Gakoptindo), Aip Syariffudin meminta izin kepada seluruh elemen masyarakat dan pemerintah agar dapat melakukan mogok produksi tahu dan tempe pada 8-11 September atau mulai Senin (9/9/2013).
Alhasil, makanan yang menjadi favorit masyarakat Indonesia ini terancam hilang di pasaran pekan depan. Pihaknya berharap agar pemerintah lebih berpihak kepada masyarakat terutama para perajin tempe dan tahu menengah ke bawah. Karena dengan penetapan harga kedelai sekarang banyak perajin yang mengurangi jumlah produksi dan mengurangi pegawai.
"Sekarang perajin tempe dan tahu banyak yang mengurangi produksinya dengan mengurangi jumlah pegawai. Karena itu Senin besok sampai tanggal 11 September, kami akan mogok produksi. Kami berharap ada keberpihakan ke masyarakat menengah ke bawah," paparnya di Gedung KPPU, Jakarta, Kamis (5/9/2013).
Aip curhat bahwa pihaknya sudah tidak bisa menahan lagi harga kedelai di kisaran Rp8.900 sampai Rp10 ribu dan membuat menderita 150 ribu perajin tempe dan tahu.
"Ada yang sebelumnya produksi 70 kg per hari, saat ini jadi 50 kg per hari, yang terkena imbasnya adalah perajin kecil. Sedangkan yang besar masih bisa menyesuaikan. Itulah yang terjadi saat ini," ungkapnya.
Dia mengatakan, Peraturan Menteri Perdagangan mengenai Stabilitas Harga Kedelai (SHK) yang ditetapkan sebesar Rp7.000 dan terus melonjak higga SHK baru Rp7.700 ditambah gejolak pelemahan rupiah terhadap USD membuat harga kedelai makin gonjang-ganjing. "Gejolak rupiah kemarin membuat harga makin enggak karuan," pungkas Aip.
Alhasil, makanan yang menjadi favorit masyarakat Indonesia ini terancam hilang di pasaran pekan depan. Pihaknya berharap agar pemerintah lebih berpihak kepada masyarakat terutama para perajin tempe dan tahu menengah ke bawah. Karena dengan penetapan harga kedelai sekarang banyak perajin yang mengurangi jumlah produksi dan mengurangi pegawai.
"Sekarang perajin tempe dan tahu banyak yang mengurangi produksinya dengan mengurangi jumlah pegawai. Karena itu Senin besok sampai tanggal 11 September, kami akan mogok produksi. Kami berharap ada keberpihakan ke masyarakat menengah ke bawah," paparnya di Gedung KPPU, Jakarta, Kamis (5/9/2013).
Aip curhat bahwa pihaknya sudah tidak bisa menahan lagi harga kedelai di kisaran Rp8.900 sampai Rp10 ribu dan membuat menderita 150 ribu perajin tempe dan tahu.
"Ada yang sebelumnya produksi 70 kg per hari, saat ini jadi 50 kg per hari, yang terkena imbasnya adalah perajin kecil. Sedangkan yang besar masih bisa menyesuaikan. Itulah yang terjadi saat ini," ungkapnya.
Dia mengatakan, Peraturan Menteri Perdagangan mengenai Stabilitas Harga Kedelai (SHK) yang ditetapkan sebesar Rp7.000 dan terus melonjak higga SHK baru Rp7.700 ditambah gejolak pelemahan rupiah terhadap USD membuat harga kedelai makin gonjang-ganjing. "Gejolak rupiah kemarin membuat harga makin enggak karuan," pungkas Aip.
(izz)