Harga kedelai meroket, Maros genjot produksi

Kamis, 05 September 2013 - 16:45 WIB
Harga kedelai meroket,...
Harga kedelai meroket, Maros genjot produksi
A A A
Sindonews.com - Tingginya harga kedelai akhir-akhir ini membuat pemerintah kabupaten (Pemkab) Maros mulai fokus pada pemberdayaan dan peningkatan produksi kedelai daerah sendiri.

Selama ini Maros tidak dikenal sebagai sentra penghasil kacang kedelai. Meski begitu, upaya peningkatan produksi kedelai sedikitnya dapat memenuhi kebutuhan perajin tahu dan tempe di Maros.

Menurut Bupati Maros HM Hatta Rahman yang meninjau tanaman kedelai di dusun Tana Lompo desa Sambueja kecamatan Simbang, pemerintah perlu melakukan upaya-upaya peningkatan produksi kedelai dengan perbaikan benih kedelai untuk petani. Pasalnya, benih kedelai petani berkualitas rendah. Saat ini satu hektare menghasilkan satu ton kedelai.

"Kedepan pemerintah berencana membuat sentra penangkaran benih kedelai untuk penyediaan benih unggul sehingga benih kedelai petani dapat lebih berkualitas. Dengan benih berkualitas kemudian jaringan irigasi baik diharapkan produksi kedelai di Maros juga meningkat," papar Hatta, Kamis (5/9/2013).

Rendahnya produksi kedelai di Maros, kata Hatta, diakibatkan salah satunya adalah rendahnya kualitas benih kedelai. Pasalnya, petani membeli benih kedelai di pasar sehingga kualitasnya rendah dan bukan benih unggulan.

Hatta menambahkan, pemerintah juga akan menyediakan lahan tanaman kedelai seluas 1.000 hektar. Saat ini luas lahan tanaman kedelai di Maros 5 ribu hektare.

Disisi lain, Kepala Dinas Pertanian kabupaten Maros Burhanuddin menuturkan, petani kedelai terpaksa membeli benih kedelai sendiri di pasar karena benih kedelai subsidi yang diharapkan terlambat turun dari pusat. Akibatnya produktivitas kedelai rendah.

"Agar kita tidak berharap pada bantuan subsidi dari pusat, rencananya pemerintah akan membuat sentra penangkaran kedelai. Jadi penyebab utama dari rendahnya produktivitas adalah benih yang bermasalah. Pemerintah juga akan memperbaiki saluran irigasi," jelas Burhanuddin.

Salah satu petani kedelai di desa Sambueja, Tombong mengaku, menjual kedelai Rp6.500 per kg ke pedagang. Dia mengatakan, tiap satu hektare mampu menghasilkan sekitar satu ton kedelai.

"Selama ini saya beli benih dari pasar atau dari kedelai hasil panen tahun lalu. Di sini saya tanam kedelai setelah panen padi dua kali. Jadi dua kali tanam padi di sawah, satu kali untuk kedelai," ungkap Tombong.
(gpr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0851 seconds (0.1#10.140)