Peternak oplos pakan ayam dengan roti kadaluarsa
A
A
A
Sindonews.com - Anjloknya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) memukul hampir semua sektor perekonomian. Kalangan peternak ayam petelur juga merasakan imbas dari melemahnya mata uang domestik.
Pasalnya selama ini, mayoritas pakan ayam (sentrat) diproduksi oleh perusahaan-perusahaan asing. Akibat nilai tukar rupiah yang jeblok menyebabkan harga pakan ayam terkerek naik.
Salah satu peternak ayam petelur di Desa Pacarpeluk, Jombang, Jawa Timur, Bambang Suirman (50) mengakui bahwa sejak beberapa hari terakhir ini, harga pakan ayam naik Rp15 ribu/sak.
"Sekarang harga sentrat yang sebelumnya Rp301 ribu302 ribu/sak, kini melonjak menjadi Rp317 ribu/sak," kata dia, Jumat (6/9/2013).
Tak hanya sentrat, harga sejumlah pakan campuran lainnya juga ikut naik. Misalnya, katul yang sebelumnya Rp2.300/kilogram (kg) menjadi Rp2.700/kg. Sedangkan jagung yang sebelumnya Rp3.200 menjadi Rp3.500/kg.
Pusing dengan kenaikan harga pakan ayam tersebut, Bambang melakukan berbagai macam cara, diantaranya dengan mencampur pakan ayamnya dengan roti bekas atau roti-roti kedaluarsa.
Hal itu dilakukan karena dibandingkan dengan katul atau jagung, harga roti bekas atau roti kedaluarsa ini jauh lebih murah, hanya sekitar Rp1.500-2.000/kg.
"Meski dicampur roti bekas, telur ayam tetap aman dikonsumsi masyarakat dan tidak berbahaya," tandas dia.
Sementara itu, peternak kembali dibuat resah karena kabar yang diperoleh dari produsen, harga pakan ayam akan kembali naik dalam beberapa hari mendatang.
Jika kondisi ini dibiarkan, peternak khawatir mereka akan gulung tikar. "Karena meski harga pakan naik, tapi kami belum menaikkan harga telur, masih Rp15 ribu/kg," ujar Bambang.
Karena itu, para peternak mendesak pemerintah segera menurunkan harga pakan ayam atau paling tidak memberi subsidi agar mereka tidak bangkrut atau gulung tikar.
Pasalnya selama ini, mayoritas pakan ayam (sentrat) diproduksi oleh perusahaan-perusahaan asing. Akibat nilai tukar rupiah yang jeblok menyebabkan harga pakan ayam terkerek naik.
Salah satu peternak ayam petelur di Desa Pacarpeluk, Jombang, Jawa Timur, Bambang Suirman (50) mengakui bahwa sejak beberapa hari terakhir ini, harga pakan ayam naik Rp15 ribu/sak.
"Sekarang harga sentrat yang sebelumnya Rp301 ribu302 ribu/sak, kini melonjak menjadi Rp317 ribu/sak," kata dia, Jumat (6/9/2013).
Tak hanya sentrat, harga sejumlah pakan campuran lainnya juga ikut naik. Misalnya, katul yang sebelumnya Rp2.300/kilogram (kg) menjadi Rp2.700/kg. Sedangkan jagung yang sebelumnya Rp3.200 menjadi Rp3.500/kg.
Pusing dengan kenaikan harga pakan ayam tersebut, Bambang melakukan berbagai macam cara, diantaranya dengan mencampur pakan ayamnya dengan roti bekas atau roti-roti kedaluarsa.
Hal itu dilakukan karena dibandingkan dengan katul atau jagung, harga roti bekas atau roti kedaluarsa ini jauh lebih murah, hanya sekitar Rp1.500-2.000/kg.
"Meski dicampur roti bekas, telur ayam tetap aman dikonsumsi masyarakat dan tidak berbahaya," tandas dia.
Sementara itu, peternak kembali dibuat resah karena kabar yang diperoleh dari produsen, harga pakan ayam akan kembali naik dalam beberapa hari mendatang.
Jika kondisi ini dibiarkan, peternak khawatir mereka akan gulung tikar. "Karena meski harga pakan naik, tapi kami belum menaikkan harga telur, masih Rp15 ribu/kg," ujar Bambang.
Karena itu, para peternak mendesak pemerintah segera menurunkan harga pakan ayam atau paling tidak memberi subsidi agar mereka tidak bangkrut atau gulung tikar.
(rna)