IHSG jeblok, kinerja reksa dana minus
A
A
A
Sindonews.com - Kinerja rata-rata reksa dana hingga akhir Agustus tahun ini minus dipicu jebloknya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), dimana reksa dana pendapatan tetap mencatat kinerja paling minus dibanding reksa dana jenis lainnya.
Berdasarkan data PT Infovesta Utama, dengan kinerja IHSG sepanjang delapan bulan pertama tahun ini tercatat minus 2,80 persen, kinerja reksa dana saham turun 4,11 persen. Sementara kinerja reksa dana campuran minus 2,46 persen dan pendapatan tetap paling minus mencapai 5,81 persen.
Analis PT Infosvesta Utama Vilia Wati mengatakan, kinerja reksa dana yang tertekan disebabakan terkoreksinya IHSG yang cukup dalam. Adapun, sentimen yang membayangi kinerja bursa saham pada Agustus tahun ini, yakni memburuknya indikator ekonomi, seperti tingginya inflasi, pelemahan nilai tukar rupiah terhadap USD, defisit neraca perdagangan dan perlambatan ekonomi.
"Selain itu, sentimen global berupa rencana The Fed mengurangi stimulus diduga turut memperburuk kondisi pasar saham pada bulan lalu," kata dia kepada Sindonews, Selasa (10/9/2013).
Sementara terkoreksinya kinerja reksa dana pendapatan tetap menyusul merosotnya kinerja obligasi pemerintah, yang minus 7,59 persen pada akhir Agustus 2013.
Dengan kondisi ekonomi saat ini, kinerja IHSG dan reksa dana tahun ini lebih buruk dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Pada tahun lalu, kinerja rata-rata IHSG tercatat minus 1,98 persen, reksa dana saham minus 3,82 persen, campuran minus 2,5 persen dan pendapatan tetap minus 0,87 persen.
Berdasarkan data PT Infovesta Utama, dengan kinerja IHSG sepanjang delapan bulan pertama tahun ini tercatat minus 2,80 persen, kinerja reksa dana saham turun 4,11 persen. Sementara kinerja reksa dana campuran minus 2,46 persen dan pendapatan tetap paling minus mencapai 5,81 persen.
Analis PT Infosvesta Utama Vilia Wati mengatakan, kinerja reksa dana yang tertekan disebabakan terkoreksinya IHSG yang cukup dalam. Adapun, sentimen yang membayangi kinerja bursa saham pada Agustus tahun ini, yakni memburuknya indikator ekonomi, seperti tingginya inflasi, pelemahan nilai tukar rupiah terhadap USD, defisit neraca perdagangan dan perlambatan ekonomi.
"Selain itu, sentimen global berupa rencana The Fed mengurangi stimulus diduga turut memperburuk kondisi pasar saham pada bulan lalu," kata dia kepada Sindonews, Selasa (10/9/2013).
Sementara terkoreksinya kinerja reksa dana pendapatan tetap menyusul merosotnya kinerja obligasi pemerintah, yang minus 7,59 persen pada akhir Agustus 2013.
Dengan kondisi ekonomi saat ini, kinerja IHSG dan reksa dana tahun ini lebih buruk dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Pada tahun lalu, kinerja rata-rata IHSG tercatat minus 1,98 persen, reksa dana saham minus 3,82 persen, campuran minus 2,5 persen dan pendapatan tetap minus 0,87 persen.
(rna)