Pedagang tahu tempe beralih jual sayuran
A
A
A
Sindonews.com - Mogok berjualan yang dilakukan sejumlah pedagang tahu tempe masih berlangsung hingga kini. Aksi mogok yang dilakukan pedagang tahu tempe Pasar Baru Karawang tersebut sebagai protes atas melambungnya harga kedelai.
Untuk mensiasati pemenuhan kebutuhan hidup, para pedagang tahu tempe berdagang produk lain seperti sayuran, dan telur asin. "Sudah tiga hari saya tidak berjualan tahu tempe. Kini saya berdagang sayuran," ujar Sobari, yang ditemui di lapak berjualannya di salah satu kios Pasar Baru, Jalan Tuparev, Kabupaten Karawang, Rabu (11/9/2013).
Dirinya mengaku tidak berjualan makanan tahu dan tempe, pasalnya terhentinya pasokan tahu tempe terjadi dari pihak produsen sejak tiga hari yang lalu. Hal serupa dialami pedagang tahu tempe lainnya.
Dikatakannya, harga kedelai tinggi mengakibatkan mogok produksi di pihak produsen. Oleh karenanya, pihaknya terpaksa mogok berjualan agar pemerintah segera turun tangan mengatasi harga kedelai yang naik akibat kenaikan kurs dollar Amerika terhadap rupiah.
Sementara itu, saat ini menurutnya, harga kedelai impor yang beredar di pasaran Karawang naik dari harga Rp750 ribu per kwintal menjadi Rp950 ribu per kwintal.
"Produsen mengeluh dengan adanya hal tersebut. Mereka menginginkan adanya intervensi dari pemerintah untuk mengendalikan harga kedelai," katanya.
Akibat dari menghilangnya tahu tempe di pasaran, dirinya mengaku kehilangan sekitar Rp300 ribu penghasilannya per hari. "Karena tidak bisa berjualan tahu tempe penghasilan saya pun anjlok," katanya.
Sementara itu seorang konsumen, icih, 45, mengaku kurang lengkap jika masakan yang telah dipersiapkannya di rumah tanpa adanya tahu tempe. "Kalau makan tidak ada tahu tempe, rasanya kurang lengkap. Oleh karena itu saya tetap berusaha mencari tahu tempe ke sejumlah pasar di Karawang. Tetapi tetap tidak menemukan," kata Icih.
Untuk mensiasati pemenuhan kebutuhan hidup, para pedagang tahu tempe berdagang produk lain seperti sayuran, dan telur asin. "Sudah tiga hari saya tidak berjualan tahu tempe. Kini saya berdagang sayuran," ujar Sobari, yang ditemui di lapak berjualannya di salah satu kios Pasar Baru, Jalan Tuparev, Kabupaten Karawang, Rabu (11/9/2013).
Dirinya mengaku tidak berjualan makanan tahu dan tempe, pasalnya terhentinya pasokan tahu tempe terjadi dari pihak produsen sejak tiga hari yang lalu. Hal serupa dialami pedagang tahu tempe lainnya.
Dikatakannya, harga kedelai tinggi mengakibatkan mogok produksi di pihak produsen. Oleh karenanya, pihaknya terpaksa mogok berjualan agar pemerintah segera turun tangan mengatasi harga kedelai yang naik akibat kenaikan kurs dollar Amerika terhadap rupiah.
Sementara itu, saat ini menurutnya, harga kedelai impor yang beredar di pasaran Karawang naik dari harga Rp750 ribu per kwintal menjadi Rp950 ribu per kwintal.
"Produsen mengeluh dengan adanya hal tersebut. Mereka menginginkan adanya intervensi dari pemerintah untuk mengendalikan harga kedelai," katanya.
Akibat dari menghilangnya tahu tempe di pasaran, dirinya mengaku kehilangan sekitar Rp300 ribu penghasilannya per hari. "Karena tidak bisa berjualan tahu tempe penghasilan saya pun anjlok," katanya.
Sementara itu seorang konsumen, icih, 45, mengaku kurang lengkap jika masakan yang telah dipersiapkannya di rumah tanpa adanya tahu tempe. "Kalau makan tidak ada tahu tempe, rasanya kurang lengkap. Oleh karena itu saya tetap berusaha mencari tahu tempe ke sejumlah pasar di Karawang. Tetapi tetap tidak menemukan," kata Icih.
(gpr)