Budidaya sapi lokal terhambat lahan
A
A
A
Sindonews.com - Minimnya budidaya sapi lokal dalam jumlah besar, disinyalir akibat minimnya lahan pertanian yang bisa dimanfaatkan untuk peternakan sapi.
Ketua Perhimpunan Peternak Sapi dan Kerbau Indonesia (PPSKI) Jabar, Kuswara mengatakan, rencana pengembangbiakan anak sapi di Australia terbilang efektif, karena lahan peternakan di Indonesia sangat terbatas. Lahan peternakan yang luas hanya bisa dilakukan di Indonesia bagian timur seperti Papua atau Nusa Tenggara.
Sementara di Jabar, kata dia, lahan bagi peternakan terbilang sangat sempit. Lahan tersebut dipastikan berebut dengan lahan permukiman, pertanian, dan industri.
"Di Jabar, lahan yang digunakan untuk peternakan paling hanya di Ciamis, selain itu kapasitas ternaknya kecil palinga banyak hanya 5 ekor," kata dia, Kamis (12/9/2013).
Sekretaris PPSKI, Robi Asgutiar mengatakan, kendati saat ini harga daging sapi cukup tinggi, namun masyarakat Indonesia masih sedikit yang serius melakukan budidaya sapi secara profesional.
Sebagian besar pengembangbiakan sapi lokal di lakukan masyarakat biasa untuk pekerjaan sampingan. Selain itu, di Indonesia telah terjadi pergeseran budaya pertanian.
Saat ini, masyarakat di Jabar juga lebih memilih memelihara ayam dan domba karena hanya memerlukan tempat berukuran kecil. Ongkos pemeliharaan ayam dan domba juga terbilang lebih minim serta bisa lebih cepat dijual. Di Jabar, budidaya sapi hanya ada di Sukabumi dan Cirebon.
Ketua Perhimpunan Peternak Sapi dan Kerbau Indonesia (PPSKI) Jabar, Kuswara mengatakan, rencana pengembangbiakan anak sapi di Australia terbilang efektif, karena lahan peternakan di Indonesia sangat terbatas. Lahan peternakan yang luas hanya bisa dilakukan di Indonesia bagian timur seperti Papua atau Nusa Tenggara.
Sementara di Jabar, kata dia, lahan bagi peternakan terbilang sangat sempit. Lahan tersebut dipastikan berebut dengan lahan permukiman, pertanian, dan industri.
"Di Jabar, lahan yang digunakan untuk peternakan paling hanya di Ciamis, selain itu kapasitas ternaknya kecil palinga banyak hanya 5 ekor," kata dia, Kamis (12/9/2013).
Sekretaris PPSKI, Robi Asgutiar mengatakan, kendati saat ini harga daging sapi cukup tinggi, namun masyarakat Indonesia masih sedikit yang serius melakukan budidaya sapi secara profesional.
Sebagian besar pengembangbiakan sapi lokal di lakukan masyarakat biasa untuk pekerjaan sampingan. Selain itu, di Indonesia telah terjadi pergeseran budaya pertanian.
Saat ini, masyarakat di Jabar juga lebih memilih memelihara ayam dan domba karena hanya memerlukan tempat berukuran kecil. Ongkos pemeliharaan ayam dan domba juga terbilang lebih minim serta bisa lebih cepat dijual. Di Jabar, budidaya sapi hanya ada di Sukabumi dan Cirebon.
(izz)