Ini alasan perajin pilih kedelai impor
A
A
A
Sindonews.com - Akibat sulitnya memperoleh kedelai lokal dan kualitasnya yang rendah membuat perajin tahu dan tempe terpaksa membeli kedelai impor. Namun, tingginya permintaan kedelai, yang tidak diimbangi dengan ketersediaan pasokan membuat harga kedelain melejit.
Saat ini, kedelai impor Amerika masih menjadi satu-satunya kedelai andalan yang biasa digunakan perajin di Indonesia untuk membuat tahu dan tempe. Namun, ketika harga kedelai impor naik menyebabkan seluruh perajin menjerit, bahkan tak sedikit yang gulung tikar.
Selama ini, para perajin saat ini lebih memilih menggunakan kedelai impor ketimbang kedelai lokal karena selain banyak dijumpai di pasaran, kualitas kedelai impor lebih baik untuk diolah menjadi tahu dan tempe.
"Kita pakai kedelai impor karena lebih bagus untuk dibuat tahu dan tempe dari pada kedelai lokal," kata perajin tempe di Banjarnegera, Siswandi, Jumat (13/9/2013).
Sementara berdasarkan catatan Dinas Pertanian Kabupaten Banjarnegara, luas area tanaman kedelai di Banjarnegara saat ini tak lebih dari 100 hektar (ha).
"Tapi setiap tahun, area tanaman kedelai semakin berkurang karena para petani lebih memilih menanam jagung yang dinilai jauh lebih menghasilkan ketimbang menanam kedelai," kata Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Banjarnegera Dwi Atmaji.
Menurunnya minat masyarakat menanam kedelai dan kualitas kedelai yang buruk, harusnya menjadi pekerjaan rumah pemerintah. Dengan demikian, para perajin tahu dan tempe tak selamanya tergantung pada produk impor.
Saat ini, kedelai impor Amerika masih menjadi satu-satunya kedelai andalan yang biasa digunakan perajin di Indonesia untuk membuat tahu dan tempe. Namun, ketika harga kedelai impor naik menyebabkan seluruh perajin menjerit, bahkan tak sedikit yang gulung tikar.
Selama ini, para perajin saat ini lebih memilih menggunakan kedelai impor ketimbang kedelai lokal karena selain banyak dijumpai di pasaran, kualitas kedelai impor lebih baik untuk diolah menjadi tahu dan tempe.
"Kita pakai kedelai impor karena lebih bagus untuk dibuat tahu dan tempe dari pada kedelai lokal," kata perajin tempe di Banjarnegera, Siswandi, Jumat (13/9/2013).
Sementara berdasarkan catatan Dinas Pertanian Kabupaten Banjarnegara, luas area tanaman kedelai di Banjarnegara saat ini tak lebih dari 100 hektar (ha).
"Tapi setiap tahun, area tanaman kedelai semakin berkurang karena para petani lebih memilih menanam jagung yang dinilai jauh lebih menghasilkan ketimbang menanam kedelai," kata Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Banjarnegera Dwi Atmaji.
Menurunnya minat masyarakat menanam kedelai dan kualitas kedelai yang buruk, harusnya menjadi pekerjaan rumah pemerintah. Dengan demikian, para perajin tahu dan tempe tak selamanya tergantung pada produk impor.
(rna)