Sektor ini diprediksi akan bersinar
A
A
A
Sindonews.com - Analis KDB Daewoo Securities Andrew Argado mengatakan, daya tahan ekonomi Indonesia terbilang paling resisten terhadap guncangan pengaruh ekonomi global lantaran ditunjang sumber daya alam (SDA) serta sumber daya manusia (SDM) yang melimpah.
"Berbicara Indonesia, pasti orang melihat sumber daya alamnya yang melimpah serta pertumbuhan penduduknya. Faktor itu yang mendorong Indonesia menjadi negara yang memiliki potensi market yang cukup besar," kata Andrew, Senin (16/9/2013).
Di Indonesia, Andrew menjelaskan, secara statistik pertumbuhan penduduk Indonesia membentuk pola "guci", yang artinya semakin melebar atau bertumbuh. Dengan kondisi demikian, Andrew menuturkan bahwa bisnis yang diuntungkan adalah sektor konsumsi.
"Sektor kunsumsi sangat diuntungkan oleh pertumbuhan penduduk dan pendapatan perkapita. Selain konsumsi, emiten yang bergerak di bidang infrastruktur juga patut dipertimbangkan dalam berinvestasi karena kita tahu bahwa tarif tol juga setiap tahunnya naik," pungkas Andrew.
Sementara di tengah dinaikkannya BI rate menjadi 7,25 persen, saham sektor properti paling terseret. Ketua Umum Asosiasi Analis Efek Indonesia (AAEI) Haryajid Ramelan mengatakan, kenaikkan BI rate akan menyebabkan permintaan unit properti semakin menurun lantaran masyarakat khawatir dengan tingkat suku bunga kredit perumahan yang kian tinggi.
Siang ini, saham sektor konsumsi naik 1,47 persen, sedangkan infrastruktur tumbuh 0,86 persen. Sedangkan saham sektor properti melonjak 2,86 persen.
"Berbicara Indonesia, pasti orang melihat sumber daya alamnya yang melimpah serta pertumbuhan penduduknya. Faktor itu yang mendorong Indonesia menjadi negara yang memiliki potensi market yang cukup besar," kata Andrew, Senin (16/9/2013).
Di Indonesia, Andrew menjelaskan, secara statistik pertumbuhan penduduk Indonesia membentuk pola "guci", yang artinya semakin melebar atau bertumbuh. Dengan kondisi demikian, Andrew menuturkan bahwa bisnis yang diuntungkan adalah sektor konsumsi.
"Sektor kunsumsi sangat diuntungkan oleh pertumbuhan penduduk dan pendapatan perkapita. Selain konsumsi, emiten yang bergerak di bidang infrastruktur juga patut dipertimbangkan dalam berinvestasi karena kita tahu bahwa tarif tol juga setiap tahunnya naik," pungkas Andrew.
Sementara di tengah dinaikkannya BI rate menjadi 7,25 persen, saham sektor properti paling terseret. Ketua Umum Asosiasi Analis Efek Indonesia (AAEI) Haryajid Ramelan mengatakan, kenaikkan BI rate akan menyebabkan permintaan unit properti semakin menurun lantaran masyarakat khawatir dengan tingkat suku bunga kredit perumahan yang kian tinggi.
Siang ini, saham sektor konsumsi naik 1,47 persen, sedangkan infrastruktur tumbuh 0,86 persen. Sedangkan saham sektor properti melonjak 2,86 persen.
(rna)