Produsen BBN dilarang impor minyak sawit

Rabu, 18 September 2013 - 17:47 WIB
Produsen BBN dilarang impor minyak sawit
Produsen BBN dilarang impor minyak sawit
A A A
Sindonews.com - Pemerintah melarang produsen bahan bakar nabati (BBN) menggunakan minyak sawit mentah (CPO) dari Malaysia dan negara produsen lainnya. Jika melanggar, produsen BBN akan dicabut izin usahanya.

Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Susilo Siswoutomo mengatakan, larangan impor dari luar bertujuan untuk mendukung penuh penyerapan CPO lokal yang produksinya sangat berlimpah di negeri sendiri. Dengan begitu, kebijakan ini akan memberikan dampak signifikan terhadap upaya pemerintah menekan impor bahan bakar minyak (BBM).

"Pelaku industri biosolar tidak boleh beli dari Malaysia atau negara lainnya. Kalau ada apa-apa, laporkan dan kita cabut usahanya," tegas Susilo dalam acara workshop Bioenergi di Hotel Borobudur, Jakarta, Rabu (18/9/2013).

Menurut Susilo, kebijakan ini telah dibuat dalam rangka meningkatkan penyerapan kandungan biodesel dari 7,5 persen menjadi 10 persen untuk biosolar. Hal ini sebagai wujud keseriusan pemerintah melaksanakan kebijakan ekonomi sesuai amanat presiden.

"Langkah ini penting untuk mendukung kebiajakan presiden terkait penggunaan biodiesel dan satu-satunya cara mengurangi impor BBM," kata dia.

Susilo meminta agar seluruh pemangku kepentingan tidak hanya berpangku tangan, namun ikut serta menyuskseskan kebijakan tersebut dengan cara sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya masing-masing. Pihaknya optimistis kebijakan ini akan membawa Indonesia lebih baik lantaran akan menguntungkan bagi masyarakat serta memberikan lapangan kerja baru.

"Makanya tidak boleh impor karena akan menguntungkan bagi petani kita sendiri. Efeknya sangat luar biasa sekali untuk pembangkit listrik. Kita sudah minta PLN menyiapkan schedule mana saja yang dibutukan. PLN siap," jelas dia

Dia menjelaskan, kebutuhan solar nasional pada kisaran 16 juta kiloliter (kl). Selanjutnya, PLN membutuhkan sekitar 6-7 juta kl, belum lagi untuk industri sekitar 11 juta kl.

"Kalau dikonversi ke minyak impor sudah 95 ribu barel per hari. Maka dari itu, program ini harus bisa disukseskan semua harus bergerak," kata dia.
(rna)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4830 seconds (0.1#10.140)