Kurang terkenal, RI kekurangan aktuaris

Kamis, 19 September 2013 - 18:29 WIB
Kurang terkenal, RI...
Kurang terkenal, RI kekurangan aktuaris
A A A
Sindonews.com - Profesi aktuaris atau tenaga ahli keuangan dan statistik dalam bisnis di Indonesia ternyata kurang dikenal. Hal ini membuat tenaga kerja yang menggeluti profesi ini masih sangat minim.

"Sampai saat ini, jumlah aktuaris di Indonesia yang tergabung dalam Persatuan Aktuaris Indonesia (PAI) baru 172 orang. Padahal sesuai aturan Kementerian Keuangan, pada 2014 setiap bagian perusahaan asuransi jiwa maupun umum wajib memiliki aktuaris," ujar Vice President Directur and Chief Employee Benefits Manulife Indonesia, Nelly Husnayati, Kamis (19/9/2013).

Ditemui usai acara kemitraan pengembangan profesi aktuaris bersama FMIPA UGM, Nelly menuturkan, pihaknya ingin semakin memperkenalkan profesi aktuaris pada mahasiswa. Hal tersebut untuk melihat minat dan bakat mahasiswa pada profesi aktuaris. Karena pemerintah Indonesia sendiri menargetkan akan ada sekitar 1.000 aktuaris dalam 3-5 tahun ke depan.

"Kebutuhan realnya memang 500 orang untuk saat ini. Namun perkembangan bisnis asuransi tentu akan meningkat dari tahun ke tahun. Dari pada kita mengontrak tenaga aktuaris luar negeri seperti yang dilakukan saat ini karena kekurangan tenaga, tentu lebih baik kita mencari dan mencetak para aktuaris profesional dari dalam negeri sendiri," terangnya.

Pengembangan tenaga aktuaris merupakan upaya membantu pemerintah. Dalam hal ini lembaga Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk mengatur dan mengawasi sektor jasa keuangan di Indonesia. Sementara, dipilihnya FMIPA UGM sebagai pihak penyedia tenaga aktuaris karena kebanyakan aktuaris berlatar belakang pendidikan matematika dan statistik.

Deputy Chief Actuary Manulife Indonesia, Daniel Hutahaean menuturkan, bentuk kerja sama dengan UGM adalah memfasilitasi perkuliahan bagi mahasiswa yang berminat menjadi aktuaris. Melalui PAI, para mahasiswa FMIPA UGM bisa menempuh pendidikan aktuaris selama 5-7 tahun.

"Masa pendidikannya memang lama karena PAI sendiri menggelar ujian dua kali setahun dan peserta harus melewati 10 ujian. Namun perkuliahannya ditempuh dengan sistem self study. Kami sendiri akan beberapa kali menggelar kuliah umum yang bisa diikuti para calon aktuaris," jelasnya.

Menurut Daniel, menjadi seorang aktuaris tidak harus berlatar belakang pendidikan matematika dan statistik. Apapun latar belakang pendidikan memungkinkan, asal calon aktuaris memiliki penguasaan terhadap kemampuan dasar matematika dan statistik.

Sementara, Kepala Program Studi S2 Matematika FMIPA UGM Danardono menuturkan, pengenalan profesi aktuaris di FMIPA UGM sebenarnya sudah dilakukan sejak lima tahun yang lalu melalui seminar dan ulasan soal bisnis. Namun memang dari tahun ketahun, peminat profesi aktuaris semakin meningkat.

"Di FMIPA sendiri sebenarnya sudah ada program penyetaraan profesi aktuaris. Di mana ada lima mata kuliah yang jika diampu mahasiswa dan mendapat nilai minimal B, mahasiswa tersebut boleh mengambil mata kuliah kesetaraan dari PAI," ujarnya.

Dikatakan Danardono, peminat profesi aktuaris lebih banyak berasal dari prodi statistik. Saat ini ada sekitar 20 mahasiswa S2 Matematika dan 50 mahasiswa S1 Statistik yang berminat menjadi aktuaris. Untuk dosen dengan latar belakang aktuaris di FMIPA UGM sendiri baru ada empat orang.
(izz)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0782 seconds (0.1#10.140)