Badan Ketahanan Pangan dukung One Day No Rice
A
A
A
Sindonews.com - Badan Ketahanan Pangan mendukung kampanye Sehari Tanpa Nasi (One Day No Rice) yang digerakkan Wali Kota Depok Nur Mahmudi IsmaiI.
Hal itu ia sampaikan dalam diskusi percepatan diversifikasi pangan melalui strategi ganda dengan tema Peningkatan Konsumsi dan Penguatan Bisnis Kuliner Pangan Lokal di Yogyakarta.
Kepala Badan Ketahanan Pangan Nasional (BKPN) Ahmad Suryana mengakui jika gerakan ODNR dapat menurunkan angka kemiskinan karena konsumsi beras padi di dalam negeri menurun. Menurutnya, pengurangan konsumsi beras padi pada masyarakat, salah satunya dengan mengurangi pasokan beras untuk rakyat miskin (raskin).
"Sisa kekurangan pasokan raskin itu diganti dengan pangan lokal sesuai dengan potensi daerahnya masing-masing. Contohnya raskin yang diberikan awalnya 15 kilogram (kg). Lalu diberikan 10 kg, sisanya 5 kg diberikan beras jagung, tapioka, ubi kayu, dan sagu dilakukan secara bertahap," ujarnya dalam keterangan tertulisnya di Depok, Jumat (20/9/2013).
Lebih lanjut Suryana menjelaskan, agar pangan lokal tersebut dapat memenuhi kebutuhan pasar, maka pangan lokal olahan harus dikembangkan menjadi industri. Efek domino yang didapatkan dari pengembangan pangan lokal tersebut adalah meningkatnya perekonomian daerah.
"Ini harus dikembangkan secara nasional dan harus menjadi program pemerintah. Diversifikasi pangan ini juga akan membuat manusia Indonesia lebih sehat," paparnya.
Suryana menyatakan bahwa gerakan ODNR atau diversifikasi pangan tidak membuat produksi beras menurun. Pemerintah Indonesia tetap berupaya agar produksi beras padi di Indonesia surplus. Dengan kondisi itu maka Indonesia dapat mengekspor beras dan Indonesia mendapatkan devisa.
Deputi Bidang Pangan dan sumber Daya Hayati Kementerian Koordinator Perekonomian Diah Maulida menyatakan bahwa ada tiga hal yang diharapkan dari diversifikasi pangan. Pertama, terciptanya manusia sehat dan bergizi, menciptakan lapangan pekerjaan baru dengan tumbuh UKM pangan lokal serta membuat ketahanan pangan Indonesia tidak rapuh.
"Diversifikasi pangan ini membuat ketahanan pangan kita lebih lengkap, sehingga ketika ada gejolak terhadap komoditi beras maka ketahangan pangan tidak terganggu karena ada piihan atau alternatif lain, yakni pangan lokal," tandasnya.
Wali Kota Depok Nur Mahmudi Ismail menyatakan bahwa dengan mengurangi konsumsi beras padi sehari sekali dan mengonsumsi beras jagung, tapioka, ubi kayu, dan pisang dua kali dalam sehari maka akan menghemat beras padi 22 juta ton dalam setahun. Kemudian juga akan meningkatkan konsumsi pangan lokal menjadi 22 juta ton per tahun.
"Dengan menghasilkan 22 juta ton/tahun pangan lokal maka akan membuka lahan pertanian 4,6 juta hektar dan menghasilkan 69 juta tenaga kerja. ODNR untuk membuat Indonesia lebih sehat dan maju," tandas Nur Mahmudi.
Hal itu ia sampaikan dalam diskusi percepatan diversifikasi pangan melalui strategi ganda dengan tema Peningkatan Konsumsi dan Penguatan Bisnis Kuliner Pangan Lokal di Yogyakarta.
Kepala Badan Ketahanan Pangan Nasional (BKPN) Ahmad Suryana mengakui jika gerakan ODNR dapat menurunkan angka kemiskinan karena konsumsi beras padi di dalam negeri menurun. Menurutnya, pengurangan konsumsi beras padi pada masyarakat, salah satunya dengan mengurangi pasokan beras untuk rakyat miskin (raskin).
"Sisa kekurangan pasokan raskin itu diganti dengan pangan lokal sesuai dengan potensi daerahnya masing-masing. Contohnya raskin yang diberikan awalnya 15 kilogram (kg). Lalu diberikan 10 kg, sisanya 5 kg diberikan beras jagung, tapioka, ubi kayu, dan sagu dilakukan secara bertahap," ujarnya dalam keterangan tertulisnya di Depok, Jumat (20/9/2013).
Lebih lanjut Suryana menjelaskan, agar pangan lokal tersebut dapat memenuhi kebutuhan pasar, maka pangan lokal olahan harus dikembangkan menjadi industri. Efek domino yang didapatkan dari pengembangan pangan lokal tersebut adalah meningkatnya perekonomian daerah.
"Ini harus dikembangkan secara nasional dan harus menjadi program pemerintah. Diversifikasi pangan ini juga akan membuat manusia Indonesia lebih sehat," paparnya.
Suryana menyatakan bahwa gerakan ODNR atau diversifikasi pangan tidak membuat produksi beras menurun. Pemerintah Indonesia tetap berupaya agar produksi beras padi di Indonesia surplus. Dengan kondisi itu maka Indonesia dapat mengekspor beras dan Indonesia mendapatkan devisa.
Deputi Bidang Pangan dan sumber Daya Hayati Kementerian Koordinator Perekonomian Diah Maulida menyatakan bahwa ada tiga hal yang diharapkan dari diversifikasi pangan. Pertama, terciptanya manusia sehat dan bergizi, menciptakan lapangan pekerjaan baru dengan tumbuh UKM pangan lokal serta membuat ketahanan pangan Indonesia tidak rapuh.
"Diversifikasi pangan ini membuat ketahanan pangan kita lebih lengkap, sehingga ketika ada gejolak terhadap komoditi beras maka ketahangan pangan tidak terganggu karena ada piihan atau alternatif lain, yakni pangan lokal," tandasnya.
Wali Kota Depok Nur Mahmudi Ismail menyatakan bahwa dengan mengurangi konsumsi beras padi sehari sekali dan mengonsumsi beras jagung, tapioka, ubi kayu, dan pisang dua kali dalam sehari maka akan menghemat beras padi 22 juta ton dalam setahun. Kemudian juga akan meningkatkan konsumsi pangan lokal menjadi 22 juta ton per tahun.
"Dengan menghasilkan 22 juta ton/tahun pangan lokal maka akan membuka lahan pertanian 4,6 juta hektar dan menghasilkan 69 juta tenaga kerja. ODNR untuk membuat Indonesia lebih sehat dan maju," tandas Nur Mahmudi.
(rna)